Selasa, 26 Juli 2016

Move on !! Kata kata yang simpel sih.. tapi gak semua orang bisa bener2 menaklukan kata tersebut.. kalo menurut gue sih . Definisi move on adalah perjuangan seseorang untuk melupakan suatu kenangan yang bener bener pinya kesan tersendiri dalam perjalanan hidupnya. Melupakan itu gak segampang membalikan telapak tangan tapi move on adalah seperti saat lo membalikan telapak kaki !! Susah bukan?? Seseorang gak akan pernah bisa move on dari suatu hal yang ia sangat kesani.. kaya gue. Gue cuma seseorang yang lagi sok ngehibur hati gue sendiri dan dengan munafiknya gue selalu bilang kalau gue udah move on dari cinta pertama gue. Padahal sama sekali tidak.. gue cuma lagi berada dalam proses membuka hati tetapi bukan melupakan . Karena bagaimanapun juga yang pertama akan selalu menjadi yang terkesan . Yang pertama akan menjadi yang tak terlupakan dan yang pertma adalah yang terbeda. .

Selasa, 22 Maret 2016

sahabat hidup :)

Sahabat Hidup

Salah satu keajaiban yang Tuhan ciptakan adalah sebuah persahabatan










Meilani Fatmala
Tentang penulis
          Namaku Meilani Fatmala, lahir di Brebes 14 mei 1996, ini adalah bukan kali pertama aku membuat sebuah Novel, karena dari SMP aku sering membuat cerita dengan tulisan tanganku sendiri, lewat buku tulis dan pena seadanya, sebelumnya aku ingin meminta maaf kepada tokoh yang terlibat dalam novel ini, karena fotonya aku ambil tanpa permisi hihi J, dan kali ini untuk mengisi waktu senggang yang sangat jarang aku dapatkan setelah menjadi mahasiswa keperawatan aku menyempatkan hobi menulis yang sudah ku gandrungi semenjak SMP, dan jika ada salah-salah tulisan atau kesamaan tokoh dan kata, itu sama sekali tidak di sengaja, ok friends I hope you entertained

Tokoh yang terlibat
1.     Meymey                                              2. Tama
                                    
3.Febi                                                4. Stevani
              






5.     Anam                                           6. Mauzth
             

7.Arif                                           8. Samsul
             
 9. Irhas                                                      10. Indah
    
11. Yayang                                            12. Neni
      

13. Ragil                                           14. Puji
            
15. Dafa                                                      16. Nanda
               
17. Esti                                                       18. Abay
                    
19. Ian                                               20. Bagus
                                          


(bukan kamu satu-  satunya orang yang sedang Tuhan uji, kamu harusnya lebih bersyukur, kamu lebih beruntung dari pada orang-orang yg kurang beruntung)





SATU
          Sahabat adalah satu jiwa dalam beberapa jasad, ketika semua orang pergi,maka sahabat sejati akan selalu disampingmu untuk memeluk dan mengusap air matamu,sahabat tidak hanya makan bareng, jalan bareng ataupun nongkrong bareng, tapi persahabatan adalah tetap bareng dalam keadaan apapun, susah,senang, senyum atau nangis, seorang sahabat akan selalu berada disampingmu sekalipun semua orang tidak menganggapmu ada.
            Suatu pagi dipantai dengan suasana gerimis, dengan gemuruhnya ombak yang merdu dan sejuknya angin, Meimey yang masih memakai seragam putih abu-abu duduk termangu di bebatuan pantai, hatinya merasa kecewa, berontak bahkan mungkin tidak bisa menerima kenyataan yang baru saja terjadi dalam keluarganya bahwa semua yang dimilikinya tidak akan lagi utuh seperti dulu, Ayahnya yang dipecat dari pekerjaan karena terlibat korupsi, ayahnya yang mempunyai selingkuhan dimana-mana hingga menyebabkan pertengkaran dengan ibunya.
            Suasana rumah yang harusnya tenang, kini malah menjadi suatu tempat yang setiap anak pasti tidak akan merasa nyaman,
“Tuhan.. kenapa harus aku yang mengalami ini semua, kenapa harus keluargaku Tuhan,” ucap memandang penuh ombak yang sedang berlarian
Tiba-tiba dari belakang ada seorang pria memberikan sapu tangan biru miliknya kepada Mey. “ nih usap air matamu, jangan cengeng jadi orang, hidup memang begini, gak selamanya apa yang jadi milik kita, paten jadi milik kita selamanya,” ucap pria tersebut dengan memberikan sapu tanganya,
Dengan wajah bingungnya Mey menjawab , “ kamu siapa ? emang kita pernah kenal, dan aku, aku gak butuh nasehat kamu, aku juga gak butuh sapu tangan kamu”
Pria tersebut tersenyum kecil mendengar pernyataan dari Mey, mata kecilnya menatap penuh gadis mungil di depanya.
“namaku Tama, kita emang gak saling kenal, tapi aku dari tadi ada dibelakangmu dan aku engga suka kamu menyalahkan Tuhan, karena Tuhan gak pernah salah, kamu bohong, jika kamu bilang kamu engga butuh sapu tangan ini, kamu butuh sebenernya, nih usap air mata kamu, aku engga suka lihat orang nangis” ucap Tama
            (Dengan tangan kananya Meimey mengambil sapu tangan itu)
Sejak kapan kamu ada dibelakangku? Dan aku ?? aku engga pernah menyalahkan Tuhan, aku hanya bertanya pada Tuhan kenapa harus aku yang mengalami ini kenapa bukan orang lain?? “ucap Mey”
“Kamu tidak menyalahkan Tuhan? Tapi kamu gak menerima apa yang diberikan Tuhan buat kamu, bukan kamu satu-satunya orang yang sedang Tuhan uji, kamu harusnya lebih bersyukur, kamu lebih beruntung dari pada orang-orang yg kurang beruntung, contohnya itu (menunjuk anak kecil dengan keterbatasan mental yang sedang bermain di pantai dengan keluarganya) apa anak itu lebih beruntung dari kamu? Tapi dia masih saja tersenyum dan tidak berkata mengapa Tuhan menciptakan aku berbeda dari yang lainya ? dan sebelum kamu duduk disini , aku sudah lebih dulu berada di tempat ini kamu saja yg tidak menyadarinya “ ucap Tama
             Meimey hanya terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu,
Oh iya siapa namamu? “ ucap Tama
 “namaku Meimey“ jawab Mey
Aku pergi dulu mey, semoga kita bisa ketemu lagi” ucap tama dan berjalan pergi meninggalkan mey
            Beberapa saat kemudian Mey pun pulang ke rumah dengan menggunakan motornya, disepanjang jalan mey berfikir, (mungkin benar apa yang dikatakan Tama, masih banyak orang yang lebih kurang beruntung dari aku, aku harus bisa  melewati ujian ini, aku gak mungkin terus-terusan larut dalam rasa kekecewaan).
                                                                **
            Pukul 18.00 di rumah Meimey
Sesampainya dirumah mey langsung memarkirkan motornya di garasi, dan langsung masuk kerumahnya, dilihatnya ibunya sedang menangis,
 “bu.. ibu kenapa?” (ucap mey menghampiri dan memeluk ibunya),
“Bapakmu pergi mey,,”(ucap ibu mey sambil menghapus air matanya)
“Bapak pergi kemana bu ? pasti dia lebih milih selingkuhanya kan bu?”
“entahlah mey yang pasti bapakmu bilang dia gak akan kembali ke rumah ini, dia bilang akan pergi keluar negri bekerja disana untuk mencari modal usaha” (jelas ibunya sambil terisak-isak menahan tangis)
 “ya benerlah bu ini semua juga karena kesalahanya kan ? jadi harus dia yang bertanggung jawab bukan kita, kalo dia engga main cewe, engga korupsi, keluarga kita gak akan seperti ini bu,, dan mey,, mey lebih baik gak punya bapa, dari pada punya bapak Cuma bisa bikin kita sengsara dengan kelakuanya”(ucapnya dengan tangisan yang tertahan)
            Mey masuk ke kamar, memutar musik dengan kerasnya agar ibunya tidak mendengar jika mey sedang menangis,, tiba-tiba ibunya masuk ke kamar dan mematikan cd musiknya,, “bu? Ada apa ? ko dimatikan”
“mey adikmu febi belum pulang coba kamu cari, dia pasti belum bisa mengerti tentang keadaan yang sekarang ini, ibu takut febi melampiaskanya dengan hal-hal yang negatif
            “Yaudah bu, mey ganti baju dulu, terus mey cari febi yah bu,”
                                                                        **
            3 jam mey berada di jalanan kota Brebes tapi mey tidak menemukan juga adiknya, hari semakin malam, mey beristirahat di sebuah kedai susu, tempat biasa dia dan adiknya nongkrong, pandangan mata mey kesana kemari tidak tenang, sampai bola matanya berhenti di sosok lelaki yang tidak asing untuknya, ya dia adalah syamsul kekasihnya yang sudah hampir 3 tahun menemani hari-harinya, pertemuan yang harusnya bisa menenangkan mey malah membuat suasana hati mey jadi bertambah tidak karuan, mey melihat samsul bersama wanita lain,wanita yang baru pertama ia lihat, wanita cantik berkulit putih dengan dandanan kota ala artis korea, Mey dengan sigap langsung menghampirinya.
 “ sam dia siapa?”
samsul yang tidak menyadari ada mey langsung terkaget ,hatinya begitu kalut, pikiranyapun cemas, 2 gadis yang saat ini begitu penting untuk hidupnya kini berjejer pas di depan matanya
” mey??? Sejak kapan disini?”
 “ engga penting sejak kapan aku disini, yang penting aku tanya, dia siapa?”
 Dengan raut wajah yang dibuat-buat untuk kelihatan tenang dan santai samsul menjawab,
 “ dia pacarku, dan mulai sekarang kita putus, karena aku gak mau punya pacar dari seorang anak koruptor yang tukang selingkuh” ,
“makasih sam, makasih buat semua ini, makasih kamu udah bikin aku ngerti gimana sifat kamu sebenrnya, aku emang sekarang udah gak punya apa-apa, keluargaku sedang dalam ujian Allah, dan kamu laki-laki yang harusnya nenangin aku disaat aku terpuruk seperti ini, kamu orang yang aku cintai, orang yang aku harepin menyediakan pundaknya buat aku bersandar, tapi malah kamu salah satu alasan untuk aku menangis saat ini, aku jadi tau kamu bukan laki-laki baik, semoga kamu bahagia sama dia, terimakasih untuk semua rasa sakit ini”
Dengan tangisan yang tertahan, dan hati yang begitu kacau, langkahnya perlahan meninggalkan Sam dan kekasih barunya.
“suatu saat kamu akan mengerti Mey kenapa aku lakuin ini ke kamu, hati aku tetep buat kamu, dan selalu sayang sama kamu, maafin aku mey”(batin Samsul)
                                                                     **
            Tanpa arah mey mengemudikan motornya, sampai akhirnya mey terhenti di sebuah taman, mey duduk di sebuah ayunan, dengan perasaan kecewa dan hati yang berontak Mey mendudukan dirinya di ayunan , dengan air mata yang terus membasahi pipi lembutnya
“Mengapa, semua harus seperti ini, lelaki yang harusnya nenangin aku, malah nambah ngancurin, apa cinta pada seorang lelaki harus sesakit ini? Bapak ? samsul? Semua sama saja, semua Cuma bisa bikin nangis”
tiba-tiba hp mey berbunyi, ada panggilan masuk dari ibunya,
“hallo mey, mey cepet ke rumah sakit febi kecelakaan” (ucap ibu mey dengan nada panik) “iya bu.. mey kesana sekarang “
            Sesampai dirumah sakit,
Terlihat ibunya menangis berada di depan ruang IGD rumah sakit “bu.. febi kenapa? “ucap mey”(mengusap air mata ibunya)
“febi ikut balap motor liar mey dan dia jatuh”
mey terdiam, lalu pergi menuju taman rumah sakit.Dia duduk melamun dengan pandangan kosong, dan tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundaknya,
 “ mey.. ngapain disini ?”
 “tama?? Kamu tama yang waktu itu ketemu dipantai kan ? ko kamu disini pakai seragam perawat ? ucap mey kebingungan dengan memperhatikan pria yang begitu manis dengan seragam putih-putih
“Aku lagi praktek klinik disini mey aku belum jadi perawat masih belajar “ (ucap tama tersenyum)
“oh iya kamu ngapain disini? Siapa yang sakit ?
“Adik aku kecelakaan, dia ikut balap motor liar, aku juga engga tau sejak kapan dia jadi brutal , dan ikut pergaulan anak motor”
“kamu yang sabar yah mey, situasi sulit seperti ini bakal membaik dengan sendirinya ko, kalau kamu tetep sabar, kamu tetep senyum ngehadapinya, dan kamu harus bisa bangkit dari keterpurukan hati kamu, kamu harus bisa ngerubah ibu kamu jadi ceria lagi, dan adik kamu jadi lebih baik lagi, dan satu lagi kamu harus punya mimpi dan ngewujudin mimpi itu supaya mimpi itu jadi kebahagiaan buat kamu dan keluarga kamu”
“mimpi??”
“iya mimpi, kalo boleh tau mimpi kamu apa mey?”
“mimpi aku pengin ibu dan Febi kembali ceria lagi seperti dulu”
“ berarti harus kamu yang ngewujudin mimpi kamu sendiri, bukan orang lain, dan aku percaya mey kamu pasti bisa, kalau kamu niat dan berusaha”
“kalo mimpi kamu Tam?”
“mimpi aku, aku pengin jadi petugas kesehatan yang baik, yang tulus, dan yang ikhlas dengan pekerjaanya”
“apa sih Tam yang ngebuat kamu pengin jadi seorang perawat?”
“Perawat adalah malaikat bagi orang-orang yang sakit, dan aku ingin pekerjaanku bukan hanya memberikan kesejahtaraan untuku saja, tetapi untuk orang lain juga, contohnya, dengan kita merawat mereka dengan baik, ikhlas dan senyum yang tulus, tanpa membeda-bedakan status, tanpa ada kata jijik, dan tanpa mengharap imbalan lebih, sehingga mereka bisa kembali sembuh dan sehat, perawat memang bukan Tuhan, yang membuat sehat atau sakit, tapi perawat dan petugas kesehatan yang lainya adalah bagian dari apa yang diperintahkan Tuhan”
            “kamu hebat tam,, aku kagum sama kamu, aku harap kita bisa jadi teman yah,”(ucap Mey sambil mengulurkan kelingkingnya)
“iya kita teman”(jawab Tama dengan melingkarkan kelingkingnya ke jari Mey),
                                                                        ***
                       
                                   


(cinta adalah sesuatu yang ajaib, dimana semua rasa menjadi ajaib dibuatnya, dan saat Tuhan memberikan aku rasa untuk mencintai seseorang, aku hanya bisa menerima, walaupun seseorang yang aku cintai mempunyai hak untuk tidak menerimaku)









                                                                         Dua
            Sejak saat itulah kedekatan diantara mereka semakin berlanjut, Mey banyak belajar dari kehidupan Tama yang dari kecil sudah terbiasa hidup sederhana,dan Tama diam-diam menaruh hati pada Mey.
            Disuatu  sore yang gerimis Febi yang baru pulih dari sakitnya, pergi dengan motornya ke kedai susu faforitnya, dia hanya melamun dengan ditemani es susu kambing dan sosis goreng kesukaanya,
”semua udah hilang, keluarga yg sejahtera. Teman-teman satu persatu pada menjauh, aku Cuma bisa melampiaskan semua ini dengan balap, tapi aku udah janji sama ibu aku gak bakal balapan lagi” (ucap Febi lirih)
            Ternyata dari bangku sebelah diam-diam ada yang memperhatikan Febi lelaki tampan berkuli putih dan bertindik, dia sedang duduk bersama temanya, namun pandanganya selalu menuju ke Febi, selang beberapa menit lelaki itupun memberanikan diri mendekati Febi,
“hay cewe??” ucapnya genit,
“siapa lo!! Gue minta lo sekarang pergi dari bangku gue,” (ucap Febi dengan nada keras) “galak banget sihh, Cuma mau kenalan aja ko, kenalin aku stevani” (ucap lelaki tersebut mengulurkan tanganya),
‘gak penting yah nama lo, kalo lo gak mau pergi, biar gue yang pergi!” ucapya dengan langkah yang dipercepat meninggalkan bangku yang di dudukinya
            “Cantik, tapi galak, baru kali ini ada yang nolak gue ajak kenalan, biasanya mereka yang ngajak kenalan gue”(ucap Stev lirih dengan senyum gajenya).
                                                                        **
            Di perjalanan pulang Febi melihat samsul dengan kedua orang tuanya, sepertinya mereka akan pergi ke stasiun, yah kedai susu tersebut tidak jauh dari stasiun, Febi tidak tau kalau Samsul dan Mey sudah putus, Febipun meneriaki Samsul.
 “ ka Sam!!! Ka Sam,!! “Samsul dan bapak ibunya pun menoleh dan menghentikan langkahnya”
            “Febi??? “ ucap Samsul kaget,
 “hay om tante,, “(ucap Febi dengan mencium tangan orang tua Samsul),
 “hay juga Febi,, yaudah Sam mamah sama papah tunggu disana yah kamu ngobrol dulu sama Febi” (ucap mamah Samsul),
samsul hanya mengangguk.
           
“ka Sam mau kemana? Ko bawa koper segala? Ka Sam mau pergi yah? Ko ka Sam gak pamit sama ka Mey, sama aku, dan sama ibu?” (ucap Febi dengan nada seperti wartawan?)
Dengan raut ekspresi wajah sedihnya Samsul mengeluarkan surat biru dai saku kemejanya dan memberikan ke Febi, mata Febi melebar melihat surat biru yang Samsul berikan kepadanya.
“surat?? Surat apaan ka?? Buat ka Mey? Kenapa gak kirim pesan lewat sms atau BBM”
 “iya ini buat ka Mey, nitip ya , oh iya aku gak bisa lama-lama, kamu jagain ka Mey yah”
Samsul perlahan menjauh dari Febi, dan menaiki kereta di depanya, perlahan kereta api yang dinaiki Samsul pergi dan hilang dari pandangan Febi. Dan Febi masih saja berdiri di tempat tersebut. Dengan tatapan kosong dan pikiran yang bingung
“sebenernya ada apa sih ini? Aku harus pulang ka Mey harus segara baca surat ini, sepertinya ini penting” ( batin Febi)
                                                                    **
            “Ka Mey.. “(teriak Febi di depan rumah dan berjalan menuju kamar Mey )
“ ada apa sih Feb,, kaka lagi bikin tugas, jangan teriak-teriak gitu”
 “ ka ada surat nih dari ka Sam, sepertinya dia mau pergi deh , soalnya pake koper, terus juga naik kereta, sama orang tuanya juga”
Mey tanpa basa-basi langsung mengambil surat tersebut dari tangan Febi, dan perlahan tanganya meraih tangan Febi, dengan meminta Febi untuk keluar dari kamarnya. Febi yang begitu kepo dengan isi surat tersebut enggan untuk melangkahkan kakinya keluar kamar
 “udah sana keluar” (menarik paksa tangan Febi dan menutup pintu kamarnya)
            Mey pun bergegas membuka suratnya..
Untuk Meimey yang Samsul cintai,
Mey,, Sam minta maaf yah, Sam udah bikin Mey nangis,
Tapi jujur aku gak pernah sengaja bikin kamu untuk nangis, cewe yang kemaren sama aku, itu bukan siapa-siapa aku , dia kerabat jauh aku, dan aku nglakuin ini, karena aku gak mau ngelihat kamu sedih , saat kamu tau aku bakalan pergi, aku bakal pergi dalam waktu yang lama, dan aku gak pernah janji untuk kembali lagi, tapi aku janji , aku gak akan bisa jatuh cinta dengan wanita lain, kecuali kamu, aku pergi  untuk berobat, aku gak mau kamu sedih karena aku sakit, hidup kamu lagi banyak beban, dan aku lebih baik kamu benci sama aku dan ngelupain aku, dari pada aku harus menambah beban dalam hidup kamu, mungkin saat kamu baca surat ini, aku udah pergi ke Jakarta,
            Kamu janji sama aku yah, kalo misalkan aku gak bisa nemuin kamu lagi, tolong kamu temuin aku di rumah aku yang terakhir, aku sayang kamu, kamu adalah wanita yang selalu aku sebut dalam doaku, dan aku sangat berterima kasih sama Allah karena aku bisa melewati 3 tahun ini bareng kamu, walaupun kamu engga pernah tau aku sakit, kamu semangat aku, kamu yang ngebuat aku jadi kuat, tolong jangan lupain kisah aku dan kamu,
            Dengan tangisan yang sudah tidak bisa ditahan lagi, Mey terus memandangi surat dari amplop biru tersebut, hatinya tidak percaya bahwa laki-laki yang selama ini dicintainya, harus pergi dengan ketidakpastian akan kembali.
            “maafin aku Sam, bahkan aku engga pernah tau kamu sakit, dan jahatnya aku malah berfikir kamu adalah laki-laki jahat, maafin aku sam”
Mey langsung mengambil Hp nya dan mencoba menghubungi Sam, tapi sia-sia nomer Sam engga aktif, kehancuranya semakin bertambah, karena semua akun sosmednya Sam tidak ada yang aktif, dan mau tidak mau Mey harus terbiasa tanpa kabar dari Sam.
            “Sam , aku gak baik-baik aja tanpa kamu, hati aku patah, remuk, gak punya arah dan gak ada tujuan, aku kangen kamu Sam, aku pengin kita kaya dulu lagi, Sam kamu harus sembuh Sam”
                                                                      **
            Di bawah panasnya sinar matahari yang sangat menyengat, siang itu, terlihat Tama sedang berdiri di depan pagar sekolah Mey.     
  “Tam?? Kamu ngapain disini? Kamu gak ada kuliah siang ini?” (ucap Mey lesu)
 “aku gak ada kuliah siang ini, aku khawatir sama kamu, beberapa hari ini kamu gak pernah ada kabar, aku sms, aku WA aku BBM gak pernah kamu bales, telfonku juga gak pernah kamu angkat, apa aku punya salah sama kamu Mey?” (ucap Tama memandang hangat mata Mey) , Mey hanya menunduk tak berucap apapun.
“Mey.. “(ucap Tama dengan menepuk pundak Mey),
 “ aku pengin ke pantai” (mey berucap lirih).
            Dengan suasana pantai yang panas mereka duduk di bebatuan biasa saat pertama mereka bertemu,
“Aku suka pantai, aku sangat menyukainya, karena di sini di pantai ini, tepatnya di bebatuan ini, Samsul janji sama aku, kalau dia gak bakal jatuh cinta sama orang lain selain aku, dan sekarang aku kangen dia, aku pengin lihat dia, aku pengin peluk dia, tapi dia pergi untuk waktu yang lama dan gak janji untuk kembali”
Tama hanya terdiam, (aku juga sangat menyukai pantai karena di pantai ini, tepatnya di bebatuan ini, aku pertama kali merasakan jatuh cinta, dengan seorang gadis, dan gadis itu kamu Mey, apa kamu engga sadar?)
                                                                        **
            Mereka berdua hanya saling diam dengan pandangan kosong,
“Tam ?? menurut kamu cinta itu apa ?” apa menunggu adalah bagian dari cinta? apa cinta juga bagian dari mimpi?”
“Mey, menurut aku , cinta adalah sesuatu yang ajaib, dimana semua rasa menjadi ajaib dibuatnya, dan saat Tuhan memberikan aku rasa untuk mencintai seseorang, aku hanya bisa menerima, walaupun seseorang yang aku cintai mempunyai hak untuk tidak menerimaku, iya menunggu juga adalah bagian dari cinta, karena kalau kita engga mencintai seseorang kita gak akan rela nunggu sesuatu yang gak  pasti dateng, seperti aku, aku yang sedang nunggu seseorang untuk bisa jatuh cinta dengan aku, walaupun hati orang tersebut udah dimiliki hati yang lain, tapi hati aku selalu menunggu, ya mungkin ini merupakan bagian dari cinta iya cinta juga bagian dari mimpi karena orang yang sedang jatuh cinta akan selalu bermimpi untuk bisa bersama dengan orang yang dicintainya”.
Tam , sekarang mimpi aku bertambah satu, aku punya mimpi semoga suatu saat Sam bisa pulang ke Brebes, dia pulang dengan sehat dan melamarku, dan saat itu aku akan bilang bahwa aku juga sangat mencintainya, dan aku akan selalu berdoa supaya Allah ngabulin mimpi aku, aku juga bakalan terus nunggu Sam disini, hati aku bakalan tetep nunggu Sam “
Tama hanya tersenyum, dalam lamunanya dia berfikir (mungkin cinta adalah saat aku memandangmu, saat aku menenangkanmu, saat aku berusaha membuatmu tersenyum, tapi kau tidak pernah sadar, aku selalu ada di dekatmu untuk mencintaimu)
                                                                        ***




















 “mungkin ini awal dari kebodohan aku, aku mulai bodoh karena gadis itu, gadis cantik yang galak dengan mata yang lebar, namun  setiap aku melihatnya aku merasakan kenyamanan yang belum pernah aku rasain sebelumnya”

                                                                Tiga
            Sore hari di jalan lingkar tempat tongkrongan anak-anak motor,
Febi terlihat asik sedang nongkrong bersama  temanaya,
“Feb lo mau ikutan gak ada anak baru disini yang nantangin kita-kita yang nongkrong disini, hadiahnya lumayan loh, tapi lawan lo agak berat, denger-denger sih dia pindahan dari Bandung dan biasa menang balap liar di Bandung dulu” (ucap Arif)
 “ dan kalo lo ikut balapan ini terus lo menang lo bakal dapetin uang 10 juta, (tambah Anam)
“bener juga yah kalian, gue bisa manfaatin uang itu buat modal usaha nyokap gue, sisanya bisa buat tunggakan spp gue sama kak Mey”
“yaudah kalo lo setuju gue daftarin sekarang dan ini bakal rame, karena disini gak ada yang berani nglawan dia, dan Cuma lo Feb yang berani nrima tantangan ini”, (ucap Anam meyakinkan),
“lo punya waktu seminggu untuk latihan Feb, jangan khawatir kita bakal bantuin lo buat latihan “ (ucap Arif meyakinkan)
            “Itu dia datang” (ucap Anam menunjuk ke arah laki-laki bertindik)
 “ dia orangnya??” (ucap Febi kaget dengan pandangan penuh ke arah Stev)
“iya Feb dia penantangnya, keliatanya sih orang kaya, lihat gayanya sok banget” (jawab Arif mencibir),
 “gue bakal samperin tuh orang sok banget dia” (ucap Febi berjalan menghampiri cowo tersebut yang tak lain adalah Stevani)
 “heh, elo ternyata penantang sombong itu, lo denger ya, semua yang ada disni denger yah, gue yang bakal lawan dia”(ucap Febi dengan gaya tomboinya)
 “hahahahah lo Feb kemaren aja lawan gue jatuh, apalagi lawan dia yang udah banyak pengalaman” (ucap Mauzth dengan nada mencibir)
 “ eh uzt denger yah kemaren itu gue lagi gak fokus, dan lo baru menang sekali aja bangga banget (ucap Febi menggentak).
                                                                        **
            Stevani hanya senyum-senyum, iyah stev emang udah jatuh cinta sama Febi sejak pertama pertemuanya di kedai susu,
“Feb? Nama kamu Feb?” (ucap Stev senyum gaje) “Febi nama gue kenapa? (ucap Febi judes)
            Hari semakin sore, Febipun pulang, dan tanpa sepengetahuan Febi , Stev mengikutinya sampai rumah, “mungkin ini awal dari kebodohan aku, aku mulai bodoh karena gadis itu, gadis cantik yang galak dengan mata yang lebar, namun  setiap aku melihatnya aku merasakan kenyamanan yang belum pernah aku rasain sebelumnya” (batin Stev)
                                                                        **
            “Asslamualaikum ,, “ (ucap Febi, memasuki rumahnya)
“waalaikum salam, kamu jam segini baru pulang nak,, “(jawab ibunya khawatir),
 “ iya bu tadi abis main, oh iya ka Mey mana? (tanya Febi, sambil melepaskan tas dari gendonganya),
 “ka Mey lagi jualan cake keliling sambil nyebarin brosur sama ka Tama, tadi ibu buat cake buat dijual, kan sekarang kita udah gak ada pemasukan”.
            Maafin aku yah bu, aku Cuma bisa main-main aja gak bisa bantuin ibu, nanti kalo aku punya uang kita perbaikin cafe kita yang di seberang jalan itu, biar bisa rame kaya dulu lagi bu, dan gak tutup terus “(ucap Febi dengan gaya semangat 45)
“modal dari mana Feb, udah untung cafe sama rumah kita engga di sita bank, kan kamu tau sendiri tabungan ibu udah abis buat nutup hutangnya bapak”
                                                                        **
            Di sebuah taman monumen juang 45, Mey dan Tama duduk beristirahat sejenak karena sudah beberapa jam berkeliling,
“Tam makasih yah kamu udah baik banget sama aku, oh iya karena hari ini kue-kue ibu habis terjual dan ini berkat kamu juga, jadi hari ini aku ada kado spesial buat kamu” (ucap Mey cengengesan)
“ kado apa ?”
“kadonya ini” (ucap Mey dengan memberikan sapu tangan biru milik Tama yang dulu tama berikan ke Mey)
 “ini kan sapu tangan aku, ko kamu bilang kado spesial?” (ucap Tama tak mengerti),
“iya karena dengan sapu tangan biru ini, aku ngusap air mata aku, dan sapu tangan biru ini yang ngebuat aku dan kamu jadi deket dan aku bersyukur banget karena Allah kasih aku sahabat yang baik  yang tulus dan yang bijak kaya kamu, dan aku jamin aku gak akan ninggalin kamu sampai kapanpun , bahkan bukan hanya sampai tua kita bersahabat tapi sampai diakherat nanti( ucap Mey mengangkat tangan Tama dan memberikan sapu tangan biru miliknya)


“Tama tersenyum dan berkata, “Mey, kamu lebih butuh sapu tangan ini karena kamu lebih cengeng dari aku, dan saat kamu nangis dan gak ada aku disamping kamu, kamu anggap aja sapu tangan ini sebagai ganti tangan aku buat ngusap air mata kamu”
“makasih yah Tam karena kamu aku jadi banyak belajar tentang arti kesederhanaan, arti persahabatan dan arti kehidupan, karena kamu juga aku jadi lebih bisa menghilangkan rasa kecewa aku dan memulai senyum baru untuk mimpi yang baru” (ucap Mey senyum).
                                                                        **
            Hari ini tepat, hari dimana Febi bertanding dengan Stev,
“Feb lo beneran mau nglawan dia, kalo menurut gue jangan deh, karena lo bakal kalah,mending lo nyerah aja dari pada nanti lo malu, belum lagi nanti lo bakal jatuh, lagian lo kan udah janji sama ibu lo buat gak ikut balap lagi” (ucap Mauzth sedikit mencibir),
“denger yah Uzth gue emang udah janji sama nyokap gak akan balap lagi, tapi gue lakuin ini demi nyokap gue dan kaka gue, biar mereka gak usah keliling lagi jualan kue, kalo gue menang uangnya mau gue pake buat modal cafe, biar cafe gue bisa buka lagi kaya dulu”.
            Tanpa sepengetahuan Febi dan kawan-kawan, ternyata Stev mendengar percakapan mereka dari belakang, “kamu tenang aja nona cantik, aku bakalan kalah sama kamu, kamu adalah pemenangnya, pemenang di area balap dan di hatiku, karena kamu satu-satunya cewe yang bisa bikin gue jadi kaya orang bodoh,” (batin Stev).
            1..2...3.. mulai!!!!! Febi dan Stev pun melaju di area balap sepanjang jalan Stev ada di depan Febi, namun beberapa meter menuju garis finish Stev sengaja menurunkan kecepatanya dan membiarkan Febi menjadi pemenangnya. Semua bersorak,, tetapi tidak dengan Febi, dia yakin bahwa kemenanganya adalah kesengajaan Stev, Febi sadar betul kecepatan Stev menurun saat beberapa meter menuju garis finish.
            “Feb lo keren banget bener lo keren banget, lo berhasil ngalahin Stev di area balap”(ucap Arif), Febi hanya diam, dengan pikiran yang kalut atas kemenanganya, apa maksud Stev sengaja kalah di area balap tadi, (Febi terus bertanya-tanya dalam hatinya)
“eh bengong aja lo, ini hadiah lo”(ucap Mauzth)
 “kalian liat Stev gak ?” (Tanya Febi)
 “tadi sih gue lihat dia kesana, pulang mungkin soalnya pas selesai balap dia langsung cabut” (ucap Anam, menunjuk ke arah kanan),
“oke gue cabut dulu, jangan lupa besok pada dateng ke cafe gue bantuin gue beres-beres oke” (ucap Febi, sambil menyetater motor finonya).
                                                                        **

            Disepanjang jalan Febi terus mencari-cari Stev, hingga akhirnya dia terhenti di sebelah jalan dekat dengan persawahan, dia melihat Stev sedang melamun di scoopy merahnya, “Stev..” (panggil Febi dari belakang),
“eh elo Feb, selamat yah, “(ucap Stev mengulurkan tangan),
 (febi menyambut uluran tangan Stev) “Stev aku mau tanya sama kamu, kamu sengaja pelanin kecepatan motor kamu, supaya aku bisa menang kan ? maksud kamu apa nglakuin ini?, apa lo pengin gue simpatik sama lo, denger ya dimata gue lo tetep cowo ngeselin yang sok kegantengan” (ucap Febi sinis),
“tapi gue emang ganteng kan?” (ucap Stev cengengesan),
 “eh lo ngeselin banget sih, sumpah ya lo itu??”(Stev memotong kata Febi dengan menutup mulut Febi dengan satu jari) “Lo itu nambah cantik kalo lagi marah “
Febi seperti menahan senyum, “lo itu yah ?” (ucap Febi salting),
“kenapa gue ganteng kan?, gini yah Feb gue tau lo butuh uang itu buat modal cafe lo, supaya bisa buka lagi, dan gue, gue gak mau lihat orang yang gue sayang itu sedih”, (Ucap Stev menatap Febi)
“ ko elo tau masalah gue?”
“gue tau, bahkan gue sangat tau, elo aja yang gak pernah tau kalo gue diem-diem selalu perhatiin lo, selalu ngikutin lo, dan gue selalu bermimpi dan berdoa untuk bisa ngobrol lama kaya gini sama lo, dan ternyata Tuhan ngabulin mimpi gue”, (ucap Stev menatap hangat mata Febi),
“Stev lo bener-bener bikin gue gak bisa ngomong apa-apa, oh iya besok dateng yah ke cafe gue, bantuin renovasi sama beres-beres itu sih kalo lo mau”
“gue mau, bahkan sangat mau”
“yaudah gue cabut dulu yah Stev, dah,, (ucap Febi melambaikan tangan)
                                                                        **
            Sesampainya di rumah, Febi langsung memakirkan motornya di garasi dan bergegas masuk, “bu.. ibu..??” (teriak Febi) ,
 “ada apa feb? Kalo masuk salam dulu, jangan teriak-teriak” (ucap Ibu menatap Febi )
“oh iya, assalamualaikum ibu, ka Mey,” (ucap Febi dan mencium tangan ibu dan ka Mey)
“Waalaikumsalam” (serentak mey dan ibunya menjawab)
“ bu ini ada uang buat modal buka cafe kita lagi” (ucap Febi dengan memberikan amplop coklat ke ibunya)
“kamu dapat uang sebanyak ini dari mana nak?” (ucap Ibu menatap Febi)
“aku dapet pinjeman dari temenku Stev bu namanya besok aku kenalin ke ibu yah”
 “temen apa pacar, duh bontotnya ibu sudah mulai pacaran tuh bu” (ucap Mey dengan nada meledek)
“tapi kenapa sebanyak ini Feb?, kamu jangan boong sama ibu, ini uang hasil kamu balap liar kan?” (ucap Ibu dengan tatapan penuh tanya)
 “ udahlah bu, gak usah dipikirin, ini beneran uang Stev bu, temen aku, ngembaliinya nanti ,kan kalo cafe kita rame kita bisa balikin, yang penting sekarang ibu sama ka Mey gak usah keliling lagi jualan kue”(ucap Febi menunduk)
            “iya bu bener apa kata Febi, apa salahnya sih kita coba nerima niat baik orang, lagian si Stev kan calon mantu ibu (ucap Mey ngeledek)
 “apaan sih lo ka, yaudah Febi mandi dan shalat dulu yah bu,,” (ucap Febi berjalan menuju kamarnya)
                                                                        ***















 (rintikan gerimis yang merdu membuat hati siapapun menjadi nyaman, seperti aku yang selalu nyaman setiap kali bersama kamu)














                                                            EMPAT
            Malam hari dengan suasana gerimis yang sepi, di teras rumahnya Tama termenung sendiri dengan ditemani gitar coklat miliknya, “Tama menyanyikan sebuah lagu yang setiap syairnya menceritakan tentang perasaanya kepada Mey,
            Mungkin hanya lewat lagu ini,
            Akan ku nyatakan rasa, cintaku padamu
            Rinduku padamu tak bertepi,
            Mungkin hanya sebuah lagu ini, yang slalu akan ku nyanyikan
            Sebagai tanda betapa aku inginkan kamu,
“Mey, harusnya aku tahu bahwa kamu hanya menganggap aku tidak lebih dari sahabat, tapi aku selalu berharap lebih kalau aku akan jadi sahabat hidup kamu, walaupun tidak akan mungkin, karena hati kamu telah dimiliki orang lain, tapi aku percaya, hati kamu akan selalu tahu, siapa yang selalu ada untuk kamu, hati kamu tidak akan lupa bahwa aku akan selalu berkorban untuk kamu, walaupun aku harus ngorbanin perasaan aku sendiri” (ucap Tama lirih)
                                                                        **
            Berbeda dengan Tama yang sedang menikmati suasana gerimis, dengan petikan gitar dan syair lagu, Mey dikamarnya sedang menikmati lagu dari ungu “selamanya” sambil tiduran dan memeluk guling kesayanganya, Mey mencoba mengingat-ingat kenangan dulu bersama Samsul, “rintikan gerimis yang merdu membuat hati siapapun menjadi nyaman, seperti aku yang selalu nyaman setiap kali bersama kamu sam, gerimis kali ini seakan bercerita tentang aku dan kamu, dingin yang aku rasakan saat gerimis, tetapi hangat seketika aku mengingat kamu dan tetesan gerimis ini mengisyaratkan betapa banyaknya rinduku yang tersimpan untuk kamu, tetesan gerimis tolong sampaikan salamku buat Sam disana.
                                                                        **
             Tidak hanya Mey dan Tama Febipun ikut larut dalam suasana grimis malam ini, pikiranya menuju ke Stevani, kata-kata Stev tadi sore menyita pikiran Febi, Febi terus bertanya-tanya kenapa Stev bilang sayang padanya padahal mereka belum kenal lama, “tapi engga tau kenapa gue selalu rindu senyum genitnya” (batin Febi dan tersenyum membayangkan kejadian sore tadi), “tapi jujur disaat aku bersama Stev, aku merasakan segala yg aku butuhkan, aku merasa nyaman,” (batin Febi)
                                                                        **
            Pagi hari, dengan suasana yang sejuk Febi dan Mey sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya, mereka kelihatan sangat bersemangat, begitupun dengan ibu, ibu sudah bersiap-siap untuk belanja keperluan cafe.
            “Mey ibu nebeng ke swalayan yah,” (ucap ibu),
            “oke bu” (ucap mey yang masih sibuk mengeluarkan motor dari garasi rumahnya),
  Febi masih sibuk dengan motornya, “sialan ngambek deh my fino pake acara kempes segala” (ucap Febi dengan nada kesal),
“kenapa Feb” (tanya ibu)
 “bocor bu” (jawab Febi manyun),
“yaudah sebrang sana kan ada bengkel, aku buru-buru harus nganterin ibu juga ke swalayan, dadah adek febi yang cantik (ucap Mey berlalu meninggalkan Febi),
“ah sial banget sih pagi-pagi pake acara bocor segala, sampai harus dorong-dorong kaya gini mana udah siang lagi, kalo telat gimana” (gerutu Febi sepanjang jalan).
                                                                        **
            “Feb?? Kenapa ?” (ucap Stev yang tiba-tiba ada disampingnya dengan scoopi merahnya)
“lo gak liat gue dorong-dorong motor, ya bocorlah,” (ucap Febi dengan terus mendorong motornya),
” yaudah ini kamu pake motor aku, biar aku yang bawa ke bengkel “
 “tapi kamu kan juga mau sekolah Stev, nanti kamu telat gimana?” (ucap Febi menatap Stev) ,”udah itu urusan gampang sini motornya, udah sekarang kamu pake motor aku, nih kuncinya, (ucap Stev mengangkat tangan Febi dan memberikan kunci motornya),
 Febi masih saja terdiam,
 “udah gak usah banyak mikir” (ucap Stev dengan mendorong motor Febi), “yaudah, makasih ya Stev, jagain fino gue “(ucap Febi dan berlalu meninggalkan Stev).
                                                                        **
            Waktu sudah menunjukan pukul 07.30, gerbang sekolah sudah tertutup rapi sepaket dengan gemboknya,
 “ah sial ditutup” (gerutu Stev), “pak bukain dong tolong “ (ucap Stev kepada saptam sekolah),
“ini sudah jam berapa dan sepertinya kamu bukan murid sekolah sini! (ucap saptam ketus), “saya murid baru pak” (jawab Stev)
“murid baru sudah telat, yasudah ini peringatan pertama dan terakhir buat kamu, ayo masuk”
            Stev pun perlahan memasuki kelas 10-6, “assalamualaikum”, (ucap Stev dengan pelan)
“waalaikumsalam” (seisi kelas serentak menjawab),
“maaf bu saya telat tadi ban motor saya bocor “( ucap Stev menunduk),
“karena hari ini, hari pertama kamu disini ibu maafin, silahkan perkenalkan diri kamu.
            Semua cewe dikelas mengarahkan pandanganya pada Stev, kecuali Febi, yah stev satu sekolah dengan Febi, Stev sengaja mencari sekolah yang ada Febi disekolah tersebut, tanpa sepengetahuan Febi, Stev selalu mengawasi Febi setiap pulang sekolah.
“selamat pagi” (pagii,, jawab seisi kelas) perkenalkan nama saya Stevani adrianto, panggil saja Stev, saya pindahan dari SMAN 1 Bandung, saya tinggal di perumahan Griya Praja kota baru” (ucap Stev penuh senyum keakraban)
“pin Bbnya berapa?” (celetuk Indah)
 “huuuuuhhhhh..” (sorakan seisi kelas) ,
“yasudah Stev kamu mau duduk dimana?” (ucap Guru menawarkan),
“disebelah Febi bu” (ucap Stev dengan menatap Febi), “cowo ganteng itu udah kenal Febi, cewe badung yang selalu bikin masalah” (bisik Indah pada Neni teman sebangkunya),
“yasudah silahkan, kebetulan meja disebelah Febi kosong” (ucap Guru mempersilahkan).
            “ko lo sekolah disini sih,, tau gini tadi kita bareng aja, kaya gini kan lo jadi telat” (cerocos Febi) ,
”aku kan mau bikin kejutan buat my Epeb” (ucap Stev cengengesan)
“my epeb apaan sih alay tau gak” (jawab Febi menahan senyum),
“tapi kamu suka kan??” (ucap Stev menggoda).
                                                                        **
            Jam sudah menunjukan pukul 14.00 waktunya untuk pulang, “Feb hari ini jadi ke cafe lo kan?” (tanya Stev sambil menstater scoopinya)
“ya jadilah, lo mau bantuin engga?” (jawab Febi),
“dengan senang hati my Epeb” (ucap Stev cengengesan)
“my Epeb, my Epeb apaan sih alay, terus gue harus panggil lo my Etep gitu ??” (ucap Febi dengan wajah yang merah),
“ide bagus tuh, makasih tuan putri udah kasih aku panggilan sayang” (ucap Stev mencubit pipi Febi yang memerah dan langsung pergi dengan scoopinya), Febi hanya diam dengan wajah menahan senyum.
                                                                        **
            “Selamat siang semuanya,, “(ucap Febi bersemangat),
“siang..” (serentak Stev, Ibu, Mey, Arif,Anam, Mauzth menjawab), semuanya sibuk dengan tugasnya masing-masing, ibu dan Mey sibuk dengan membersihkan dapur, Stev dan Febi sibuk mendekor dinding, Arif, Anam dan Mauzth sibuk menata meja kursi.
            Jam berjalan sangat cepat, waktu sudah menunjukan pukul 17.00, semuanyapun beristirahat,,
“cape yah,, ini ibu buatin jus jeruk buat kalian”, (ucap ibu dengan meletakan jus di meja)    
“seger nihh brrrr” (ucap Mauzth langsung meminumnya).
 “oh iya bu aku mau ubah nama cafe ini dari cafe melati menjadi cafe kimos “(celetuk febi sambil menengguk jus jeruk)
 “apaan ko kimos aneh banget “ (ucap Mey)
“gak papa lah, kan nanti pelayanya mukanya kaya kimos-kimos, lihat aja tuh Mauzth mukanya udah kaya squidword “ (jawab Febi tersenyum)
“sialan lo Feb dari pada lo mukanya udah kaya penyihirnya putri nirmala, si pipiyot (ucap Mauzth tak mau kalah).
  “Ya tuh boleh juga, kan gue juga mukanya udah kaya naruto”, (celetuk Anam),
“apalagi gue sasuke” (timpal Arif).
Mey dan Stev hanya senyum-senyum melihat mereka beradu argumen. Tiba-tiba dari depan terdengar orang mengucapkan salam, “assalamualaikum” (ucap Tama)
“waalaikumsalam” (jawab mereka serentak).
            “eh nak tama ayo masuk” (ucap Ibu),
 “maaf yah baru bisa dateng, tadi ada kuliah “(ucap Tama sambil mencium tangan ibu).
“eh gini aja kan ka Tama baru dateng berati yang bikin dekor buat nama kimos yang nanti kita pajang di depan itu ka Tama” (celetuk Febi),
“gak usah Feb biar aku sama kamu aja, ka Tama biar bantuin ka Mey bikin menu sama brosur buat disebarin dan di tempel di sepanjang jalan, jadi cafe kita bakal banyak yang tau “ (jawab Stev).

            “Oke setuju, dan kita bertiga pamit pulang, mau mandi nih lengket, gak papa kan “ (ucap Anam),
“iya gak papa, makasih yah, nanti besok jangan lupa kesini kan kalian bertiga sudah tanda tangan kontrak jadi pelayan disini, haha (ucap Febi)
 “iya iya yang penting jangan lupa gajinya ada bonusnya hhahahah”, (ucap Mauzth)
“hahaha beres, nanti aku kasih bonus” (ujar Mey cengengesan),
“apaan” ? (celetuk Anam yang sudah bersiap-siap untuk pulang),
 “nanti aku kasih kalian batu akik satu-satu hhahhaha” (ucap Mey ketawa geli) 
 “engga lucu!!!!” (teriak Arif,Anam,dan Mauzth kompak)
Mey hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatel melihat jawaban kompak si trio gaje.
                                                                        ***
                                                           


















(“jika perasaan nyaman itu cinta, hati kamu bakal nyimpulin sendiri ko, dan memberitahumu      bahwa itu cinta”)









                                                             LIMA
            Hari menunjukan sudah malam, tapi Mey dan Tama masih saja sibuk di depan laptop
 “Tam hari ini aku seneng banget deh satu mimpi aku udah terwujud, ibu udah mulai senyum lagi, dan Febi juga udah lebih baik lagi, dia jarang pulang malem sekarang, gak ada kabar juga dia tawuran atau balap liar” (ucap Mey tersenyum),
 “aku juga seneng Mey bisa bantuin kamu” (ucap Tama menatap Mey)
“semoga tatapan kamu ke aku bukan tatapan cinta Tam, tapi tatapan persahabatan, karena aku gak mau, perasaan kamu lebih ke aku, karena aku gak mau kehilangan sahabat se sempurna kamu” (batin Mey),
“Mey,, ko bengong” (ucap Tama menepuk pundak Mey)
“engga tam cuma ngantuk aja”, (ucap Mey dengan jawaban seceplosnya),
“yaudah mey kamu istirahat dulu, aku juga mau pulang udah malem, yaudah aku anterin ke rumah, lagian juga ini hampir selesai nanti biar aku yang nerusin dirumah” (ucap Tama,sambil mematikan laptopnya).
                                                                 **
            “my Epeb ini udah selesai, kita jalan yuk ke taman” (ucap Stev)
“yaudah karena hari ini kamu udah banyak bantuin aku, aku mau aja inget ya ini sebagai tanda terimakasih jadi jangan GR” (ucap Febi dengan wajah yang memerah),
 “mau tanda terimakasih atau tanda sayangpun aku gak masalah” (ucap Stev menggoda).
            Di taman, mereka duduk dengan suasana malam yang sunyi tentram, dan menenangkan,
“kamu suka main balon gelembung gak ?” (ucap Stev menyodorkan gelembung sepaket dengan alat tiupnya),
“engga itu kan mainan anak kecil” (ucap Febi tak mengerti),
Stevpun meniupkan gelembung tersebut, “gimana,, indah kan?, gelembung-gelembung terlihat indah berterbangan tapi hanya sesaat karena mereka akan hilang dengan sendirinya, tetapi aku sangat suka memainkanya walaupun mereka sudah hilang tapi aku bisa meniupnya lagi” (ucap Stev)
“sesuatu yang hilang emang bisa kembali lagi stev tapi engga bisa utuh sperti semula, seperti gelembung yang kamu tiup, kamu bisa membuat gelembung baru, tapi tidak dengan bentuk dan jumlah yang sama kan?, seperti yang aku rasakan akhir-akhir ini saat keluargaku terjadi konflik, sebagian yang aku punya hilang, dan sekarang sesuatu yang hilang sedikit demi sedikit kembali, tapi tidak sesempurna dulu, saat keluargaku masih harmonis “
 “kamu harus tau Feb, gak akan selamanya kita berada dalam kondisi bahagia, bahagia itu satu paket sama kesedihan, sulit untuk dipisahkan, tetapi kuncinya satu yang pasti yaitu besyukur, karena kita gak akan merasa jadi orang yang paling menderita jika kita masih mempunyai rasa syukur “
                                    Febi hanya mengangguk mendengar kata-kata Stev,         
                          “Feb, coba deh lihat bintang itu,indah yah “ (ucap Stev menunjuk langit),
                        “iya” (ucap Febi dengan pandangan menatap langit),
                        “aku pengin seperti bintang yang setia pada langitnya, walaupun sinarnya sering tertutup karena mendung dan hujan,bahkan tidak terlihat saat matahari terbit, padahal sebenarnya dia selalu ada, dia menetap dan bahkan bintang setia mengindahkan langit saat malam hari, seperti aku yang ingin menetap dan setia di hati dan hidup kamu Feb”
                         “aku gak pernah ngerti Stev perasaan aku sama kamu itu namanya apa, aku gak bisa menyimpulkan jika aku jatuh cinta sama kamu, tapi jujur setiap aku bareng kamu aku ngerasa nyaman, dan aku ngerasa aku gak pernah senyaman ini sama temen”
                        “jika perasaan nyaman itu cinta, hati kamu bakal nyimpulin sendiri ko, dan memberitahumu bahwa itu cinta” (ucap Stev meyakinkan),
                         “hati aku udah nyimpulin ko bahwa aku emang cinta sama kamu”
                         “i love you” (ucap Stev mencium kening Febi).
                                                                                                ***












                             


                                         

                                                           

                                    (ini sudah resiko, memang sungguh menyakitkan ketika menyukai seseorang)
                             




                                                                      ENAM
         Waktu berjalan begitu cepat dan hari ini, adalah hari dimana Meymei dan Samsul berjanji untuk selalu setia, ini adalah hari anniv mereka yang ke 3, namun anniv kali ini berbeda dengan anniv mereka sebelumnya, anniv kali ini mereka tidak bisa merayakanya bersama karena jarak, bahkan untuk sekedar mengucapkanya lewat telfon saja tidak bisa, karena Samsul benar-benar pergi, nomernya tidak bisa dihubungi bahkan akun sosmednya tidak ada yang aktif.
                                                                         **
       Suasana sore yang mendung, membuat pantai begitu sejuk dengan semilir angin yang lembut, dan suara ombak yang merdu duduklah Mey di bebatuan dengan membawa setangkai mawar dan cake, seperti apa yang selalu Samsul berikan saat Anniv, namun kali ini Mey harus membelinya sendiri, dan merayakanya sendiri.
       Sam, hari ini tepat anniv kita yang ke 3, dan aku disini di tempat biasa kita merayakanya, aku bawa mawar sendiri bahkan aku bawa cake, aku gak pernah nyangka aku bakal ngerayain ini sendiri tanpa kamu, apa kamu disana juga nglakuin apa yang aku lakuin disini, kenapa kamu pergi engga pamit dan kenapa kamu gak bisa dihubungi, aku butuh kamu Sam, aku kangen kamu, dan saat ini aku pengin kamu ada disini “ (ucap Mey lirih),
“Mey!!!” (ucap Tama menepuk pundak Mey),
“Tama,, ngapain kesini”, (ucap Mey menatap Tama), “Aku tadi ke cafe tapi kata Febi kamu belum pulang, jadi aku kesini, ternyata bener kan kamu disini?”,
 “aku gak butuh kamu buat disini Tam, aku lagi pengin sendiri, “(ucap Mey ketus),
 “kamu emang gak butuh aku, tapi aku gak bakalan bisa biarin kamu nangis sendiri, karena sahabat sejati akan selalu ada disisimu” (ucap Tama mengusap air mata Mey),
“Tam pergi, aku gak mau sama siapa-siapa saat ini, kecuali sama Samsul” (ucap Mey).
  Tanpa sepatah katapun perlahan langkah Tama menjauh dari Mey,Tama pun duduk di warung kecil dekat bebatuan “aku tidak pergi Mey, aku hanya lebih jauh dari tempat kamu, aku memperhatikanmu dari sini, karena aku, aku gak akan pernah meninggalkanmu, walaupun kamu tidak menginginkan kehadiranku” (batin Tama).
                                                                        **
       Hari semakin sore, langitpun perlahan menjadi gelap, dan Meymei bersiap-siap untuk pulang, “Mey mau pulang ? ayo bareng” (ucap Tama berjalan menghampiri Mey) “kamu masih disini? Kamu belum pulang dari tadi?” (ucap Mey menatap Tama )
“itu gak penting, yang penting ini cake jangan dibiarin aja di sini, kasian sini aku makan dari pada di tinggal disini mubadzir tau” (ucap Tama tersenyum),
“terserah” (jawab Mey ketus).
       Tama memakan cake tersebut dengan pandangan mata yang fokus pada Mey, Mey hanya terdiam melihat tingkah Tama yang memakan cake tersebut, padahal Mey tau Tama tidak terlalu menyukai cake,
“Tam,, aku mau pulang, kalau kamu masih pengin tetep disini aku duluan” (ucap Mey,sambil menstater motornya),
“oke Mey bareng” (ucap Tama dan bergegas menaiki motor nya)
                                                                        **
          “alkhamdulilah semakin hari pengunjungnya semakin bertambah” (ucap Febi),
“iya dong ini itu juga berkat Mauzth yang selalu ramah melayani pelanggan” (ucap Mauzth dengan senyum gajenya),
”berkat gue juga, karena senyum gue yang manis jadi banyak pelanggan cewe yang mampir” (ucap Anam gak mau kalah),
“kalian gak usah memuji diri sendiri, aku yang gantengnya 2 kali lipat dari Al Ghazali aja gak sombong” (ucap Arif dengan cengiran alay).
“ kalian emang the best, makasih kawan kalian emang sahabat gue, walaupun sekarang temen-temen gue disekolah pada ngindarin gue, tapi gue beruntung punya kalian, kalian luar biasa” (ucap Febi ).
       Tiba-tiba obrolan mereka terhenti seketika melihat kehadiran Mey dan Tama dengan muka yang murung,tidak seperti biasanya, “dateng-dateng ko gak salam” (ucap Febi penuh tanya),
“asssalamualaikum” (ucap Tama terseyum),
”waalaikumsalam” (ucapnya serentak)
Mey masih saja terdiam, dengan wajah yang murung.
“kenapa sih lo ka? Kesambet?” (ucap Febi),
“ini anniv kaka sama Samsul tapi anniv ini kaka ngerayainya sendirian” (ucap Mey dengan nada sedih),
“yaelah ka, dengerin yah, sulit untuk nunggu seseorang yang gak pasti akan kembali” (ucap Febi),
“tapi kaka yakin Samsul bakal kembali” (jawab Mey)
 “jangan terlalu yakin ka, jika ka Sam beneran sayang sama ka Mey dia gak akan kuat lama-lama jauh dari kaka, apalagi ini dia sama sekali gak ada kabar, apa kaka yakin dia masih bertahan dengan cinta yang sama?” (ucap Febi meyakinkan)
 “apapun kata kamu, kaka bakal nunggu Samsul,” (ucap Mey), Febi hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Mey,
 “ka Tama ikut aku sebentar yuk ke depan” (ucap Febi menarik tangan Tama), Tama hanya mengangguk dan mengikuti langkah Febi.
                                                                          **
          “Ka Tama jujur deh sama aku, ka Tama suka kan sama ka Mey”
, Tama hanya mengangguk,
sampai kapan ka Tama akan bertahan dengan rasa sakit seperti ini? “Aku tau ka, ka Tama pasti nahan sakit tiap hari, karna ka Mey selalu menyebut nama ka Samsul depan kaka”
 “aku gak tau sampai kapan akan bertahan, biarlah Feb, ini sudah resiko, memang sungguh menyakitkan ketika menyukai seseorang (ucap Tama menunduk),
“ka Tama tau kan ini tidak akan membuat ka Tama bahagia, bahkan mungkin ini tidak akan berakhir bahagia buat ka Tama”
“aku percaya Feb hati dan cinta manusia itu bisa berubah, dan aku berharap suatu saat Mey bisa balik mencintai aku” (ucap Tama yakin). Febi hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari Tama.
                                                                        **
         Ini adalah hari ulang tahun sekolah, semua guru sibuk mempersiapkan pensi yang akan diselenggarakan sekolah nanti, tidak terkecuali anak-anak OSIS. Anak-anak osis sedang merapatkan susunan acara untuk nanti malam. “gue mau daftar gue mau ngisi acara nanti malem” (ucap Febi yang tiba-tiba masuk ke ruangan OSIS)
“eh elo gak baca tulisan di depan, kita itu sedang rapat, main nylonong aja kaya maling” (ucap Indah ketus),
 “bapanya aja gak punya etika apalagi anaknya” (ucap Neni dengan nada mencibir),
“jadi ini kelakuan anak-anak OSIS, mulut kalian itu sampah tau gak “(ucap Febi menatap satu persatu anak-anak OSIS),
“yang sampah itu kelakuan elo, suka berantem, balap liar, lo sadar dong lo tuh gak punya temen disini” (ucap Indah nyolot)
“iya gue emang gak punya temen disini, karena gue pernah salah milih temen, gue milih temen yang cepu kaya kalian” (ucap Febi menunjuk Indah dan Neni).
Indah dan Neni hanya diam tak berkata satu katapun.
 “sudah jangan ribut, maaf Febi jika kelakuan kita kurang mengenakan hati, saya selaku ketua osis mohon maaf” (ucap Irhas dengan penuh senyum)
“gue disini gak mau cari ribut yah, gue Cuma mau daftar nanti malem gue mau tampil” (ucap Febi dan berlalu pergi meninggalkan ruangan)
                                                                        **
        Mey yang sedang sibuk dengan novelnya, tidak mempedulikan suasana kelas yang begitu ramai, “baca apaan sih Mey serius amat” (ucap Puji mengagetkan) ya Puji adalah satu-satunya sahabat Mey di sekolah yang tidak meninggalkan Mey dalam keadaan sulit seperti ini
“baca novel” (ucap Mey masih saja terfokus dengan novelnya)
“tutup dulu sih” (ucap Puji dengan mengambil novel dari tangan Mey)
“emang ada apaan sih ganggu aja” (ucap Mey kesal)
 “Mey nanti malam kan ada pensi kamu mau ajak siapa buat pasangan? Ini kan pensi terakhir kita disekolah ini” (ucap Puji)
 “gue gak dateng kayanya, mau nyelesain baca novel, gak penting juga pensi” (ucap Mey), “pokoknya lo harus dateng Mey, soalnya denger-denger adek lo si Febi mau tampil nanti malem, seisi sekolah dari murid sampe guru udah pada heboh, dan yang penting lo harus liat gue sama gebetan baru gue dateng ke pensi, karena pasti gue dan Abay yang jadi si nok dan si tong nya sekolah ini” (ucap Puji dengan gaya PD nya).
                                                                        **
           Jam sudah menunjukan puku 20.00 semua murid sibuk dengan acara pensi, tidak terkecuali dengan Febi, dengan dress birunya Febi terlihat begitu cantik, rambutnya terurai dengan pita pink.
“gimana ka cantik gak?” (ucap Febi memainkan dresnya). Mey hanya mengangguk sambil membaca novelnya,
“loh kaka ko belum siap-siap, cepet dong ka, pokoknya kaka harus liat aku tampil” (ucap Febi memaksa)
 “iya ini kaka mau siap-siap kamu berangkat dulu aja sana” (ucap Mey Menutup novelnya).
          Di depan rumah Febi, ternyata sudah ada Stev dengan kemeja birunya,dandananya begitu rapi sudah seperti aktor yang akan menghadiri acara TV. “sudah siap my Epeb” (ucap Stev), “Febi mengangguk”, mereka pergi dengan menggunakan mobil merah Stev.
                                                                        ***
      

                                   
                                


(Berteman tidak harus dengan status yang sama atau watak yang sama, persahabatan bukan berarti tanpa perbedaan, persahabatan harusnya bisa saling menghargai, bukan saling memanfaatkan, persahabatan juga bukan saling memahami dan mengerti, karena seorang sahabat tetap bisa menerima tentang hal yang tidak mungkin dimengerti oleh orang lain)



                                                                        TUJUH
        Acara sudah dimulai, semua murid terlihat menikmati acaranya, dengan Little Band sebagai band pembuka yang digawangi oleh Irhas sebagai vacal, Bagus sebagi Gitaris, Yayang sebagai Drumer dan Ragil di Bas, mereka sukses membuat para kaum hawa sekolah meneriakan nama mereka, yaps siapa yang tidak mengidolakan  mereka selain mereka berprestasi mereka juga memiliki wajah yang membuat kaum hawa punya alasan untuk mengaguminya.
         “Mey, kenalin Abay namanya” (ucap Puji memperkenalkan gebetanya)
“lo kan Mey mantanya Samsul kan?” (ucap Abay),
“mantan? Gue masih pacarnya ko?” (jawab Mey),
“oh iya kamu kan temen sekolahnya Samsul yang biasa jadi obat nyamuk kalo gue lagi jalan” (ucap Mey),
“gimana lo masih pacaran sama Samsul, kalo Samsul udah dijodohin sama cucu dari temen kakeknya dijakarta, makanya dia pindah ke jakarta” (ucap Abay),
 “dia ke jakarta bukanya buat berobat? Dia sakit kan?” (Tanya Mey dengan mata yang mulai berair),
“dia sakit apa, dia sehat ko, nih buktinya dia kelihatan seneng banget dijakarta foto-fotonya dia jadiin DP BBMnya” (ucap Abay memperlihatkan hpnya),
” PIN dia baru yah” (tanya Mey meneteskan air mata), “iya emang kamu gak tau?, nomer hp ny juga baru, semua akun sosmednya baru, dia bilang sih hpnya hilang, dia juga bilang ke gue kalo kalian udah putus” (ucap Abay)
         Mey langsung duduk terdiam di sebuah kursi, hatinya seperti tidak menerima kenyataan, lelaki yang selama ini di cintainya, rela berpenghianat, bahkan berbohong.
         “Bay kamu ngapain bilang gitu sih sama Mey” (ucap Puji),
“yah aku kan gak tau, aku taunya mereka emang udah putus” (ucap Abay kebingungan), “Samsul tuh pergi ke Jakarta ninggalin surat buat Mey, dia bilang dia sakit dan mau berobat ke Jakarta, dia bilang dia itu sakit keras” (ucap Puji)
“ko Samsul boong” (ucap Abay). Mereka bertiga hanya saling diam, Puji dan Abay saling tatap, mereka bingung harus gimana sama Mey, karena Mey terus diam dengan raut wajah yang menahan tangis.
                                                                        **

         Di sisi lain Febi dan Stev menjadi pusat perhatian murid yang lainya, mereka pangling dengan dandanan Febi yang feminim. Febi yang terkenal murid pembuat masalah, kini berpenampilan cantik seperti putri raja. Febipun tiba-tiba naik ke atas panggung, padahal belum waktunya dia untuk tampil.
                                                                        **
        Selamat malam semuanya, kalian pasti gak asing sama saya, si Febi murid pembuat masalah di sekolah, anak seorang koruptor yang suka balap liar, bahkan semua orang disekolah engga pada mau main bareng gue, gak cuma temen, mungkin bapak-ibu guru banyak yang tidak menyukai saya, saya gak pinter, gak cantik, dan saya cuma anak koruptor, dan sekarang saya cuma anak miskin yang punya predikat gak baik di fikiran kalian, tanpa kalian ngerti, tanpa kalian pengin tahu, bagaimana sebenernya aku, kalian cuma bisa ngomentarin hidup aku, kalian gak ngerti bahkan gak tau gimana rasanya saat semua orang ngomongin kalian di depan, semua orang membicarakan kalian, dan semua orang menjauhi kalian, coba kalian ada di posisi aku, kalian punya bapak seperti bapak aku, kalian tiba-tiba jatuh miskin, dan kalian harus di pandang sebelah mata oleh orang lain, aku disini cuma mau bilang, kalian itu bukan Tuhan yang bisa ngejas manusia itu baik atau buruk, tapi aku bersyukur dalam kondisi seperti ini, aku bisa membedakan mana manusia yang bertopeng mana yang tidak, pas gue seneng, gue masih punya segalanya, semua pada ngaku temen bahkan sahabat gue, pas gue susah, bahkan satu orangpun tidak ada yang mau jadi temen gue disekolah ini, dan disini gue tau kalo mereka semua bertopeng, dan apa yang terlihat baik di depan mata gue, bisa saja itu adalah kebusukan yang tak terliahat, dan apa yang terlihat buruk di depan gue mungkin itu adalah kebaikan. Seperti yang gue temuin dijalanan, kalian pasti nganggep anak-anak motor dijalan lingkar sebagai anak gak bener, anak nakal anak brutal, tapi dari mereka aku belajar yang namanya arti persabatan, yang pasti mereka berteman tidak memandang status, dan mereka gak pernah ninggalin temanya saat sedang dalam posisi yang sulit. Berteman tidak harus dengan status yang sama atau watak yang sama, persahabatan bukan berarti tanpa perbedaan, persahabatan harusnya bisa saling menghargai, bukan saling memanfaatkan, persahabatan juga bukan saling memahami dan mengerti, karena seorang sahabat tetap bisa menerima tentang hal yang tidak mungkin dimengerti oleh orang lain, Terimakasih,,
                                                                        **
       Semua menunduk mendengar kata-kata Febi, dan tiba-tiba Stev naik ke atas panggung dan berdiri di sebelah Febi, “dia adalah satu-satunya gadis yang bisa bikin gue kagum, penampilanya emang tomboy, mirip kaya preman pasar, tapi hatinya lembut, bahkan dia begitu cantik, dia begitu istimewa untuk gue, gak peduli semua orang ngejas dia gak baik, karena  yang aku lihat dialah yang terbaik”.
         Semua tepuk tangan, dan semua bersorak tak terkecuali dengan Puji yang heboh sendiri ,  “ayo Feb, Stev nyanyi” (Teriak Puji), semuapun mengikuti kata-kata puji, “nyanyi,,nyanyi.. nyanyi,,” (teriakan anak-anak), “baik kita akan menyanyikan lagu dari Slank dengan judul Cinta Kita, Stev pun memulai dengan petikan gitarnya, dan mulai bernyanyi dengan Febi.
        Stev   : jangan dengarkan orang bicara, jangan ikuti orang  memarah, mereka Cuma                            sirik sama kita,                                                                          
        Febi    : percuma omongan orang di percaya,percuma banyak  mulut-mulut berbisa,                              mereka hanya sirik dengan cinta,   oh cinta kita                                                                   Stev   : Cinta kita, takan terbelah walau banyak cerita- cerita, yang gak menghasilkan                                                            Febi :    cinta kita takan terpecah walau penuh kisah dan kisah  yang coba tuk                                              menghancurkan kita,
       Stev :  acuhkan nada sumbang yang gak jelas, acuhkan suara  pengadu domba, mereka                      slalu sirik dengan cinta, oh cinta  kita                                                                             
    Febi dan Stev : Cinta kita takan terbelah walau banyak cerita   cerita yang coba tuk                                                 menghancurkan kita.. Cinta kita....  takan terbelah, walau banyak cerita                                              cerita, yang gak menghasilkan, cinta kita takan terpecah walau penuh                               kisah dan kisah yang coba tuk menghancurkan kita..
                                                                                    **
          Dan ini adalah moment yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa, sudah tiba waktunya untuk memberikan predikat si nok dan sitong SMAN 13 Brebes, “Selamat malam semuanya” (teriak Irhas menyapa), malammm... (jawabnya serentak), yaps ini adalah yang ditunggu-tunggu untuk kita semua, sebentar lagi kita akan mengetahui siapa sinok dan sitong sekolah ini, “(ucap Irhas), dan kalian pasti udah tau dong pasangan teromantis malam ini, (tambah Puji), “mereka adalah,, Febi dan Stev,,” (ucap Irhas dan Puji serentak), semuapun bersorak.
         Semenjak pensi semalam , kehidupan Febi disekolah mulai membaik, anak-anak di kelas Febi mulai mendekati Febi, satu persatu dari mereka mulai minta maaf,  terkecuali dengan Indah dan Neni, karena diam-diam Indah merasa iri dengan apa yang Febi punya, karena cintanya bertepuk sebelah tangan, yaps Indah diam-diam menyukai Stev , dan berniat untuk merebut Stev dari Febi, dan Neni, Neni hanya setia dengan sahabatnya yaitu Indah, sebenarnya dalam hatinya Neni ingin meminta maaf kepada Febi.
                                                                                    ***









(kadang aku menyesal , sudah menyukai kamu, padahal rasa suka terlalu berat buat aku, karena kamu tidak bisa balik menyukai aku)
                                                       






                                                                 DELAPAN
         Pagi ini seperti biasanya Stev,Irhas,Yayang,Bagus dan Ragil bermain basket di lapangan, sedangkan Febi sibuk dengan Puji dan Mey di perpustakaan untuk menemani Mey membaca novel,
“ka apa sih ngebuat lo betah banget berjam-jam ngebaca novel, padahal isinya Cuma tulisan,”(ucap Febi sambil membolak-balikan majalah gadis yang di pegangnya),
 “karena novel adalah pelarian terbaik saat aku kecewa” (ucap Mey tetap fokus dengan novel yang dibacanya).
                                                                                    **
         “Nen ini adalah kesempatan gue buat ngedeketin Stev, gak ada Febi kan ?” (ucap Indah dengan pandangan mata yang jelalatan mencari Febi),
“Neni hanya mengangguk tak menjawab sepatah katapun”.
 Dari lapangan, Irhas terus memperhatikan Indah, yaps Irhas emang sudah tertarik dengan Indah sejak masa orientasi siswa di sekolah ini, tapi Indah selalu bersikap cuek dengan Irhas, perlahan langkah Indah menuju ke lapangan, dia membawa sebotol air mineral dan sapu tangan.
       “Stev kamu pasti haus ini aku bawain air, keringat kamu banyak sekali sini aku lapin” (ucap Indah dengan gaya yang sok manis),
 “gak usah makasih, aku udah ada air mineral dari Febi, mending kamu kasih yang lain aja” (ucap Stev dengan langkah yang semakin menjauh dari Indah)
“sini buat gue aja ndah” (ucap Irhas tersenyum gaje), tak memperdulikan Irhas, Indahpun mengejar Stev,
“Stev ini gue kasih buat lo bukan buat yang lain, apa lo gak bisa ngehargain” (ucap Indah) 
“harusnya aku yang nanya sama kamu, apa kamu gak bisa ngehargain orang yang sudah punya pasangan, aku udah punya Febi, harusnya kamu tau dan gak usah deketin aku lagi, “(ucap Stev ketus).
Indah hanya terdiam dengan terus  memperhatikan Stev yang langkahnya semakin menjauh dari pandangannya.
                                                                                    **


       “kadang aku menyesal , sudah menyukai kamu, padahal rasa suka terlalu berat buat aku, karena kamu tidak bisa balik menyukai aku” (ucap Irhas dari belakang Indah),
“dia memang sudah punya Febi, dan dia bukan satu-satunya laki-laki di dunia ini, aku butuh waktu Has buat ngelupain dia, dan menerima kamu, tapi aku gak janji untuk ngelupain Stev dalam waktu yang singkat,”(ucap Indah menatap Irhas) ,
 “aku bakal nunggu kamu ndah, tapi dengan berlalunya waktu mungkin perasaan aku ke kamu bisa berubah, karena, hati juga punya titik lelah sendiri kalo perjuanganya selalu di sia-siakan” (ucap Irhas memegang pundak Indah dan langkahnya perlahan pergi meninggalkan Indah)
                                                                             **
         Di perpustakan Mey masih saja fokus dengan novelnya, namun Febi sudah mulai bosan berada dalam perpus yang pemandanganya hanya buku dan buku,
“ka gue ke kelas dulu yah” (ucap Febi), Puji dan Mey hanya mengangguk.
tiba-tiba puji heboh sendiri karena gebetanya dari sekolah sebelah menelfonya.
“Brisik banget sih lo ji, udah keluar sana, ini perpus kali, buka warung telkom” (ucap Mey kesal),
“yaudah gue ke depan dulu yah, si Abay mau ngomong penting katanya, nanti kalo udah bel masuk dan ada guru di kelas lo calling gue oke” (ucap Puji terburu-buru)
“Mey hanya mengangguk”
         Di depan gerbang sekolah Abay sudah menunggu puji dengan membawa kado kecil di tanganya,
 “hey udah lama yah” (ucap Puji),
 “mau beberapa tahun lagi aku nunggu juga gak papa asal yang aku tunggu mau nrima aku jadi pacarnya” (ucap Abay dengan memberikan kado kecil yang dipegangnya),
“kamu gak usah nunggu cukup lama lagi karena sebelum kamu nyatain cinta ke aku, aku udah jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita kenal” (ucap Puji).
 “makasih ji, kamu buka kadonya yah nanti di rumah, di dalem situ ada kalung, harganya sih engga mahal, tapi aku mau kamu pake kalung itu sebagai tanda kalo kamu mau nrima aku” (ucap Abay),
“Puji mengangguk, dengan suasana hati yang nao-nano”.
                                                                                    **

          Berbeda dengan Mey yang sedang asik dengan novelnya, atau Puji yang sedang kesenengan karena abis jadian, Tama sedang duduk termenung di gazebo kampusnya, pikiranya menuju ke Mey, karena akhir-akhir ini Tama sibuk dengan kuliahnya dan waktunya berkurang untuk menemani Mey, tiba-tiba lamunanya terhenti saat cewe bermata sipit mengagetkanya.
“nglamun aja sih Tam mikirin apa?” (ucap Esti), yaps Esti adalah teman sekelas Tama yang begitu mengagumi Tama bahkan  terobsesi untuk menjadi pacar Tama,
 “gak papa” (jawab Tama ketus),
“Tam aku udah nunggu kamu selama hampir 2 tahun, aku selalu berusaha buat jadi yang terbaik buat kamu, tapi kenapa kamu gak pernah sedikt aja melihat aku, apa hati kamu gak ada tempat buat aku Tam?” (ucap Esti menunduk).
“jadilah sahabatku, aku janji kamu gak bakal kehilangan aku Es, aku udah nyoba buat ngebuka hati aku buat kamu, tapi hati aku sendiri yang engga mau ngebukanya buat kamu,” (ucap Tama mengelus rambut Esti),
“aku harap hati aku bisa move on dari kamu Tam” (ucap Esti meninggalkan Tama).
        Malam hari cafe begitu rame gak seperti biasanya, semua sibuk dengan tugasnya masing-masing tak terkecuali dengan Mey, Mey sibuk membuat pasanan yang di pesan pelanggan, dan tanpa sepengetahuan Tama, Esti pergi ke cafe untuk menemui Mey.
                                                                                    ***







                                                                                   






(jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta, maka lakukanlah semampu kamu, dan dengan sepenuh hati kamu, maka dia akan datang padamu, bukan kamu datang padaku dan meminta aku untuk membalas perasaan orang yang kamu sayang)




                                                                        SEMBILAN
        “Mau pesen apa mba?” (ucap Mauzth ramah), “aku pesen nasi goreng sama es moca, dan satu lagi aku pengin yang nganter kesini itu Mey, aku ada penting sama dia” (ucap Esti),
“baiklah” (ucap Mauzth mengangguk),
“Mey ada yang mau ketemu sama lo tuh, cewe di meja nomer 4” (ucap Mauzth sambil membuat apa yang Esti pesan),
“siapa? Aku gak kenal siapa dia?, yaudah nanti aku yang anterin deh” (ucap Mey dengan pandangan fokus ke Esti).
         “Mba ini pesenanya, ada apa yah mba cari saya? Kita pernah kenal?” (ucap Mey dengan memberikan pesanan Esti),
 “gue Esti, temenya Tama, kita emang gak pernah saling kenal, tapi aku kenal kamu dari cerita-cerita Tama” (ucap Esti),
“oh,, ada perlu apa yah mba?” (ucap Mey tersenyum),
“apa kamu suka sama Tama?”
“kita hanya bersahabat, tidak ada perasaan saling suka diantara kita, apa kau menyukai Tama?”
“kamu memang tidak membumbui  persahabatan ini dengan rasa suka, tapi Tama berharap lebih sama kamu, Tama suka sama kamu, apa kamu engga pernah sadar?” (ucap Esti menatap Mey),
 “persaan suka sama seseorang itu tidak bisa dikendalikan, seperti perasaan aku ke Tama, aku tidak mungkin mengedalikan perasaan aku untuk menyukai Tama,dan jika kamu menyukai Tama kenapa kau menginginkan aku untuk membalas perasaan aku ke Tama?”
“karena aku melakukan semua ini demi perasaan aku ke Tama, aku gak mau melihat orang yang aku sayang itu tersiksa, karena selalu mendem perasaanya sama kamu, Tama emang gak pernah bilang suka,cinta,atau sayang sama kamu, tapi harusnya kamu tahu, semua perlakuan dia ke kamu, perhatian dia ke kamu, itu semua atas dasar rasa cinta”
 “jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta, maka lakukanlah semampu kamu, dan dengan sepenuh hati kamu, maka dia akan datang padamu, bukan kamu datang padaku dan meminta aku untuk membalas perasaan orang yang kamu sayang” (ucap Mey dan perlahan pergi meninggalkan meja nomer 4)
                                                                                    **
        “Cinta adalah menghilangkan penderitaan orang lain, bahkan kamu rela berbagi penderitaan itu sekarang” (ucap Anam yang tiba-tiba ada di belakang Esti),
“Anam?Kamu ko disini? Kamu kemana aja? Setelah lulus SMA kamu menghilang,aku kangen loh, mungkin ibu dirumah juga kangen”(ucap Esti menatap Anam),
 “kamu kangen sama aku? Gak mungkin, kamu aja selalu nganggep aku gak ada, apalagi ibu, aku gak punya ibu, ibu aja gak ngakuin aku jadi anaknya, karena dia malu, punya anak yang bapaknya aja gak tau dimana, bahkan ibu gak pernah nyari aku Es, dia sibuk dengan karirnya, “(ucap Anam lirih),
       yaps Anam dan Esti adalah sahabat dari kecil, Anam adalah seorang anak dari pengusaha terkaya di kota Tegal, namun dia tidak pernah diakui anak oleh ibunya, karena Anam adalah anak hasil perkosaan, dan Esti adalah satu-satunya teman anam yang mengetahui masalah Anam, Anam merasa kehadiranya tidak pernah diinginkan, sehingga dia pergi dari rumah 2 tahun yang lalu,dan tinggal di jalanan bersama Mauzth dan Arif, Mauzth yang dari kecil tinggal di panti asuhan, memutuskan untuk pergi dari panti karena tidak mau membuat beban lebih banyak lagi, begitupun Arif dia adalah anak yatim piatu, ibu bapaknya meninggal 3 tahun yang lalu.
                                                                                    **
        “melarikan diri tidak akan memperbaiki apapun Nam, kamu harus pulang, bagaimanapun juga dia adalah seorang ibu, yang pasti mempunyai rasa kasih sayang kepada anaknya” (ucap Esti),
“untuk kamu mungkin ibu adalah orang yang pertama terluka, saat anaknya merasa kesakitan, orang yang pertama tersenyum saat anaknya sedang merasakan bahagia,, dan orang yang pertama menangis, saat anaknya merasa sepi dan tersakiti, tapi tidak denganku Es, aku tidak pernah mempunyai sosok ibu” (ucap Anam menahan tangis),
“Nam jangan sedih kami disini keluargamu, kami tidak akan ninggalin kamu sendirian bahkan kami tidak akan membiarkan kamu menangis sendiri, karena kami adalah saudara yang terpilih untuk kamu, kami adalah keluargamu” (Ucap Arif yang sejak tadi ada di belakang Anam), tak beberapa lama, semuapun berkumpul dan merapat pada Anam dan Esti, karena mereka tahu sahabatnya Anam hatinya sedang merasa sakit.
         “Kamu lebih beruntung dari aku Nam, kamu masih bisa melihat ibu yang melahirkanmu, tidak seperti aku, yang dari kecil dibesarkan di panti Asuhan”(ucap Mauzth dengan mata yang berair).



“ Kalian jangan sedih, karena aku selalu rela berbagi kasih sayang ibuku pada kalian” (ucap Febi tersenyum),
“kalian adalah anak-anak ibu, jadi jangan pernah ngerasa kamu gak punya orang tua, karena ibu selalu bersyukur karena Allah memberikan ibu anak-anak yang baik seperti kalian” (ucap Ibu Febi membelai rambut Mauzth dan Anam),
 “makasih ibu” (ucap Anam dan Mauzth serentak sembari memeluk ibu)
         “sudah jangan sedih, sekarang waktunya beres-beres cafe, karena cafe mau ditutup”(ucap Mey bersemangat), ayooo  (jawab mereka serentak), “hemmp Nam dan semuanya aku pulang dulu yah,”(pamit Esti). “Iya hati-hati” (ucapnya serentak)
                                                                                    ***



     












(karena aku gak mau kamu mengatasnamakan persahabatan untuk tujuan cinta, karena itu gak tulus)






                                                                        SEPULUH
        “Bu,, aku minta ijin untuk tinggal di cafe ini, kan di sebelah toilet ada kamar kecil, aku gak mau terus-terusan ngrepotin Arif, karena udah hampir 2 tahun aku numpang sama Arif” (ucap Anam),
“boleh aja, tapi apa sebaiknya kamu nemenin Arif yang sendirian di rumah” (ucap Ibu)
“apaan sih Nam, kita itu teman, gak ada kata repot dan merepoti” (ucap Arif menatap Anam),
“iya Nam lagian rumah Arif juga sepi kan, kalo bukan kita yang nemenin Arif siapa lagi?” (ucap Mauzth). Anam hanya mengangguk.
                                                                                    **
        Matahari sudah mulai terbit, dan malam sudah berganti pagi, Febi dan ibu sudah bersiap-siap untuk pergi ke cafe, karena ini hari minggu jadi cafe buka lebih awal,
“Mey ko kamu belum siap-siap” (ucap Ibu),
“Ibu sama Febi duluan aja” (ucap Mey),
 “yaudah ayo bu ,ka Mey mah lagi galau terus mikirin ka Sam” (ucap Febi menggandeng ibu),
“Mey jika hatimu merasa takut dengan masalahmu sekarang, maka kamu harus membohongi hatimu, dan letakan tanganmu di hati, lalu katakan semua pasti akan baik-baik saja” (ucap Ibu, memeluk hangat anak sulungnya itu),
“iya bu Mey gak papa”(ucap Mey tersenyum dan memeluk Ibu).
“yaudah ayo bu, ka Mey mah emang dari lahir udah melow hatinya haha”(ucap Febi menjulurkan lidah).
          Beberapa saat setelah Ibu dan Febi pergi, Mey pun bersiap untuk pergi, namun kali ini Mey tidak pergi ke cafe, Mey berniat untuk menyusul Samsul ke Jakarta, Mey ingin benar-benar tau bagaimana keadaan Samsul sebenernya, apa dia benar sakit atau tidak.
 “Bu,, maaf Mey pergi untuk beberapa hari, Mey ke jakarta bu, Mey mau nemuin Samsul ibu jangan khawatir Mey pasti pulang dengan selamat” (Tulis Mey dalam selembar kertas, dan meletakanya di meja makan. Sebelum pergi Mey berniat untuk menemui Abay karena Cuma Abay yang tau alamatnya Samsul sekarang.
         Mey pun pergi ke rumah Puji, dan kebetulan Abay sudah ada di depan rumah Puji, “loh Mey ko kesini, yah gagal nonton deh, kamu pasti mau ngajak Puji pergi kan” (ucap Abay),
“tenang aja kali Bay, aku kesini sebenernya Cuma mau minta Puji buat nganter aku ke rumah kamu, tapi kebetulan kamu ada disini”
“emang adaa apa?” (ucap Abay bingung),
“gue mau minta alamat Samsul dijakarta, gue mau nemuin dia”
“Jakarta jauh loh Mey, ngapain kamu kesana buat ngejar Samsul, udah lupain aja Samsul, dia gak baik buat kamu” (ucap Puji yang tiba-tiba keluar dari pintu rumahnya)
“iya Mey bener” (tambah Abay),
 “kamu mau kasih atau engga alamatnya Samsul, aku bakal tetep kesana” (ucap Mey keras kepala),
“Mey, kamu jangan gila, Cuma gara-gara cinta, kamu mau kesana sama siapa? Jakarta itu luas” (ucap Puji khawatir),
“cinta itu emang gak ada yang waras ji” (ucap Mey ketus),
“oke, kamu pergi ke Jakarta, kejar cinta kamu, dan jika kamu gagal, tolong jangan lakuin kesalahan yang sama untuk mengejar orang yang salah” (ucap Puji memeluk Mey),
“makasih Ji kamu emang satu-satunya orang yang selalu ngerti gue” (ucap Mey menangis di pelukan Puji),
“kamu gak perlu bilang terimakasih Mey, karena sahabat gak butuh kata terimakasih, karena udah kewajiban seorang sahabat untuk selalu ada disaat sahabatnya sedang menangis”
“Mey, kamu yakin mau sendirian, kalo kamu mau, biar aku anterin” (ucap Abay),
“iya Mey kamu sama Abay aja, seenggaknya kamu ada temen untuk ngejaga kamu selama perjalanan” (ucap Puji),
“gak ji, aku bisa sendiri, Bay makasih buat tawaranya, oh iya mana alamatnya” (ucap Mey),
“ini Mey, tapi kalo ada apa-apa kamu kabarin kita yah” (ucap Abay dengan memberikan secarik kertas bertuliskan Alamat Samsul).
                                                                                    **
          Mey pun sampai di stasiun, dia duduk di barisan kursi kereta nomer dua dari depan, dan di sebelahnya sudah ada seorang lelaki bertopi dan lenganya bertato. Mey perlahan duduk disampingnya, “permisi” (ucap Mey), pria itu hanya menatap sinis Mey tidak menjawab sepatah katapun.
                                                                                    **
        Hari semakin siang suasana di cafe semakin ramai, tiba-tiba Ibu teringat akan Mey,      ”Feb.. Febi..” (teriak ibu memanggil Febi),
“ada apa sih bu, Febi lagi nyuci piring nih” (ucap Febi menghampiri ibu),
 “Feb coba kamu susul ka Mey dirumah ko udah siang gini dia belum kesini” (ucap Ibu),    
“paling dia masih baca Novel bu, dia kan lagi galau akut gara-gara di tinggal ka Sam”
“kalo Febi gak mau biar aku aja bu” (ucap Tama yang dari pagi memang sudah di cafe menunggu Mey)
 “yaudah hati-hati nak” (ucap Ibu).
                                                                                    **
         Sepanjang perjalanan Mey hanya diam, dengan menahan rasa takut, sampai akhirnya Mey memberanikan diri uuntuk mengatakan sesuatu pada pria tersebut, “maaf mau kemana yah?, kenalin saya Mey” (ucap Mey sekedar basa-basi),
 “gue Dafa, bukan urusan lo gue mau kemana” (ucap Dafa ketus),
” emm pasti ke Jakarta kan, kan ini kereta jurusan Jakarta” (ucap Mey),
 Dafa hanya terdiam tidak merespon apa yang Mey katakan.
                                                                                    **
         Sepanjang perjalanan Tama menuju ke rumah Mey, suasana hatinya bertambah kurang baik, sesampainya di rumah Mey, Tama langsung memarkirkan beat merahnya dan bergegas ke dalam rumah, “Mey.. mey,,” (teriak Tama, sambil mencari-cari ke semua ruangan), sampai matanya tertuju pada selembar kertas di atas meja makan, “surat?”(ucap Tama dan membacanya), tanpa pikir panjang Tama langsung kembali ke cafe dan memberikan surat yang ditemukanya ke ibu.
        “Tam,, Mey kemana? Ya Allah Mey kenapa kamu senekad ini” (ucap ibu khawatir),
“Ibu tenang yah Febi bakal susul ka Mey,” (ucap Febi memeluk Ibu),
 “gak usah Febi disini aja, biar aku yang nyusul ka Mey”(ucap Tama),
“gue ikut” (ucap Mauzth),
 “yaudah kalian hati-hati yah, ini bekal buat kalian jajan di perjalanan” (ucap Ibu dengan memberikan sedikit uang pada Mauzth).
                                                                                    **

         Suasana di kereta semakin membosankan, sampai akhirnya Mey tertidur, dan tanpa sengaja kepalanya bersandar di bahu Dafa, Dafa mengalihkan pandanganya pada Mey, dia bermaksud untuk membangunkanya, namun hatinya seperti melarangnya, Dafa pun merapihkan rambut Mey yang menutupi mata,dan Mey terbangun.
 “maaf,, aku ketiduran yah, ini karena aku semalam gak tidur” (ucap Mey segera mengangkat kepalanya dari bahu Dafa),
“orang-orang seperti kamu pasti, gak tidur karena kepikiran tentang kisah cintanya” (ucap Dafa tersenyum sinis),
“iya, bahkan aku ke Jakarta buat nemuin orang yang aku sayang, aku pengin tau apa bener dia bohongin aku, seperti apa yang temanya katakan” (ucap Mey menunduk),
“seseorang yang patah hati, emang selalu melakukan hal yang bodoh” (ucap Dafa ketus),
“apakah sangat menyakitkan mencintai seseorang?, apakah kau akan menangis juga jika merasa disakiti? (ucap Mey dengan mata yang berkaca-kaca),
“aku sudah tidak percaya dengan yang namanya cinta, karena aku menyesal pernah mencintai seseorang, walaupun aku sudah mencintainya dengan sepenuh hati, endingnya aku bakal terluka juga” (ucap Dafa),
Mey hanya terdiam dengan pandangan kosong, seperti sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh Dafa.
                                                                                    **
        Didalam sebuah Bus, Tama terus gelisah, hatinya merasa tidak tenang memikirkan Mey, “Tam, udah jangan khawatir, Mey pasti baik-baik aja ko” (ucap Mauzth menenangkan),
“apa salah aku mencintai sahabatku sendiri?” (ucap Tama),
“gak ada yang salah jika semua itu tentang cinta” (ucap Mauzth)
                                                                                    **
        Sesampainya dijakarta Mey bingung mau mulai darimana ia berjalan, karena dia baru pertama kali menginjakan kakinya di kota metropolitan ini,langkah Mey hanya mengikuti Dafa yang berjalan di belakangnya,
 “lo ngapain ngikutin gue” (ucap Dafa),

”gue bingung mau kemana? Kamu tau alamat ini?” (ucap Mey dengan muka melasnya), “gue tau, tapi gue sibuk, jadi kamu cari aja sendiri” (ucap Dafa dengan langkah yang semakin cepat),
tanpa sepatah katapun Mey terus mengikutinya, Dafa yang sadar jika diikuti terus mempercepat langkahnya. Hingga sampai mereka tiba di monumen nasional,
“wah,,, ini yang namanya monas” (ucap Mey dengan kepala yang menengadah ke atas),
“aku bilang kamu jangan ikuti aku lagi” (ucap Dafa membentak Mey),
“aku gak akan ikutin kamu, kalau kamu mau anterin aku ke alamat ini” (ucap Mey), Dafapun duduk untuk sejenak beristirahat, tidak menghiraukan pernyataan Mey.
         “Mey,, mey,,” (panggil Mauzth dan Tama dari kejauhan), Tama? Mauzth? (ucap Mey heran), perlahan Mauzth dan Tama menghampiri Mey, dengan tatapan Mey yang terfokus pada Mauzth dan Tama, Dafa diam-diam mulai berjalan menjauh dari Mey.
 “Mey akhirnya ketemu disini, ayo pulang, ibu khawatir” (ucap Tama),
“kamu ngapain sih Tam, selalu ikutin aku, selalu ada disamping aku setiap aku ada masalah, dan sekarang aku gak mau kamu ada disamping aku lagi setiap ada masalah, karena aku gak mau kamu mengatasnamakan persahabatan karena tujuan cinta, karena itu gak tulus(ucap Mey),
 “Esti pasti udah bilang sama kamu tentang perasaan aku ke kamu, tapi jujur aku selalu tulus nglakuin apapun untuk kamu” (ucap Tama),
 “Mey, apa kamu gak bisa ngebuka sedikit aja hati kamu buat Tama, kurang apa dia sama kamu Mey?” (ucap Mauzth),
Mey tidak memperdulikan perkataan Mauzth, matanya jelalatan kesana kemari, sampai matanya terhenti pada dua orang yang sedang asik berjalan dengan candaan diantara keduanya,
 “Samsul? Apa itu Samsul “(ucap Mey dengan perlahan menghampiri mereka).
“Samsul?? Dia siapa? Saudaramu kan?”  (ucap Mey menujuk wanita yang dulu pernah dijumpainya di pondok susu bersama Samsul),
Samsul hanya terdiam menunduk,
 “iya gue Nanda gue emang saudara jauh Samsul, tapi kita udah dijodohin, bahkan setelah lulus SMA kita bakalan tunangan” (ucap Nanda mengulurkan tangan)

Mey tidak memperdulikan uluran tangan Nanda, hatinya begitu hancur mendengar pernyataan Nanda,
“jadi surat yang kamu berikan ke aku itu bohong, kamu bilang kamu sakit, kamu cuma bisa jatuh cinta sama aku, dan itu semua bohong?” (ucap Mey menangis),
“maafin aku Mey, aku Cuma gak mau kamu dimilikin orang lain, tapi disisi lain, aku harus nurut sama orang tua aku, karena keluarga Nanda yang udah nyelametin usahan papih aku, dan aku gak mau kehilangan Nanda karena dia begitu baik dan lembut sama aku” (ucap Samsul).
“kamu egois Sam, aku benci sama kamu” (ucap Mey dengan isakan tangisnya)
                                                                                    ***

        












                                                                         
        



(didunia ini aku mungkin tahu yang terbaik, orang yang ku cintai menangis karena orang lain,, aku benar-benar tahu bagaimana perasaanmu, dan aku jujur, aku merasa sakit, aku pikir jika dua orang secara alami saling mencintai, itu seperti sebuah keajaiban, suatu hari nanti apakah keajaiban itu akan datang untuku juga)


                                                                        SEBELAS
           Kamu bilang, kamu gak mau lihat aku dimilikin orang lain, tapi kamu juga bilang, kalau kamu gak mau kehilangan dia, bagaimana mungkin dihati kamu ada 2 cinta?” (ucap Mey terus menangis),
“Mey maafin aku,” (ucap Samsul memeluk Mey),
“lepas !! aku tidak bisa memaksamu untuk terus bersamaku, aku tidak akan mengemis untuk cinta, jadi pergilah, pergilah dengan wanita yang sekarang ada disampingmu, aku akan baik-baik saja tanpa kamu” (ucap Mey terus menangis dengan perlahan meninggalkan Samsul dan Nanda) ,
 Mauzth dan Tama yang sejak tadi memperhatikan Mey dan Samsul, merekapun pergi mengikuti langkah Mey.
         Nanda dan Samsul hanya saling diam, Nanda mengerti betul perasaan Mey,
“Sam, selesaikan kisah cintamu untuk aku, kejar Mey” (ucap Nanda),
“lalu kamu bagaimana?” (ucap Samsul menatap Nanda),
“kamu jangan bohongin perasaan kamu, aku memang ingin menikah denganmu, tapi bukan berarti kamu juga ingin menikah denganku, kejar dia, dan jika kamu tidak berhasil kamu masih bisa kembali ke belakang, karena aku masih disini menunggumu” (ucap Nanda menatap Sam),
tanpa pikir panjang Samsul berlari mengejar Mey, namun langkahnya terhenti karena dihalangi oleh Mauzth dan Tama,
“mau apalagi kamu, kamu jangan deketin dia lagi, kalau Cuma mau nyakitin perasaanya” (ucap Mauzth menahan Samsul),
“bukan urusan kamu, minggir sekarang” (ucap Samsul mencoba melepaskan tangan Mauzth dan Tama),
 “lepasin dia, karena aku udah berhenti dan gak mau dia kejar” (ucap Mey menoleh ke belakang),
“maksud kamu apa Mey, kamu mau kembali sama dia, kamu jangan bodoh Mey” (ucap Mauzth),


“aku berhenti, bukan karena aku ingin kembali sama dia, aku berhenti karena aku gak mau dia kejar, dan kamu Sam, kamu gak usah ngejar aku, percuma karena aku gak bakal kembali sama seorang pembohong yang berkhianat, rasa cinta aku ke kamu sudah ketutup sama kebencian aku, sekarang semuanya udah beda, aku bukan gadis yang paling mencintaimu lagi, tapi aku sekarang adalah gadis yang paling membencimu” (ucap Mey menahan tangis),
“Mey,tolong kasih aku kesempatan, aku bakal yakinin keluargaku, supaya bisa nrima hubungan kita” (ucap Samsul meyakinkan),
 “pergi,, kembali ke belakang karena dibelakang masih ada seseorang yang menunggumu untuk kembali” (ucap Mey dan berlari meninggalkan Samsul)
                                                                                    **
         “lo udah denger kan Mey ngomong apa? Sekarang lo pergi!! sana pergi!” (Gentak Mauzth dengan mendorong Samsul),
       Samsul hanya terdiam kaku melihat kepergian Mey yang perlahan hilang dari pandanganya, Samsul merasa menyesal telah menyakiti wanita yang paling dicintainya, dia gak pernah menyangka jika pertemuanya hari ini dengan dia akan menjadi pertemuan yang paling menyakitkan,
“maafin aku Mey,selamat tinggal, semoga suatu saat kamu bisa maafin aku” (ucap Samsul meneteskan air mata)
“jangan pernah ucapkan selamat tinggal karena itu bisa membunuh harapanmu sendiri” (ucap Nanda yang tiba-tiba datang dari belakang Sam),
“Nanda??” (ucap Samsul memeluknya),
 “didunia ini aku mungkin tahu yang terbaik, orang yang ku cintai menangis karena orang lain,, aku benar-benar tahu bagaimana perasaanmu, dan aku jujur, aku merasa sakit, aku pikir jika dua orang secara alami saling mencintai, itu seperti sebuah keajaiban, suatu hari nanti apakah keajaiban itu akan datang untuku juga, apa nanti kau akan mencintaiku seperti kau mencintai Mey?” (ucap Nanda meneteskan air mata).
        Samsul hanya terdiam dan semakin erat pelukanya pada Nanda, Nandapun perlahan melepaskan pelukan Samsul,
“Nan, aku bakal berusaha keras buat cinta sama kamu kayak aku cinta sama Mey” (ucap Samsul meyakinkan Nanda)
 “keraguan hanya akan menimbulkan lebih banyak keraguan, jika kamu ragu lebih baik kamu lepasin aku dan kemabali buat ngejar Mey” (ucap Nanda),
“aku gak bakal ngejar Mey karena disini sudah ada kamu dan aku gak mau ngulang kesalahan yang sama , kehilangan orang yang mencintaiku, aku sudah kehilangan Mey dan aku gak mau kehilangan kamu” (ucap Samsul).
                                                                                    **
         Matahari sudah terbenam, suasana malam di Jakarta begitu ramai, Mey,Tama,dan Mauzth menyusuri jalanan jakarta dengan beradu diam, tidak ada pembicaraan diantara mereka, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalanan kota karena merasa lelah,
“berhenti dulu istirahat aku cape” (ucap Mey),
 “kalo mau istirahat jangan disini, disitu aja” (ucap Tama menunjuk pedagang nasi goreng di seberang jalan)
“bener juga Tam laper gue” (jawab Mauzth), mereka bertigapun pergi ke seberang jalan dan memesan nasi goreng, saat sedang asiknya mereka menikmati makan malam mereka di kota metropolitan ini, tiba-tiba seorang pengamen datang, dan tak disangka dia adalah Dafa,
 “permisi” (ucap Dafa tidak menyadari bahwa ada Mey sedang makan),
“Dafa...?” (ucap Mey menepuk pundak Dafa),
“kamu lag??i” (ucap Dafa dan mencoba untuk pergi),
Mauzth dan Tama hanya memandangi mereka dengan terus menyantap nasi goreng miliknya.
 “Dafa tunggu!” (teriak Mey mengejar Dafa),
“ada apa lagi” (jawabnya ketus),
“ayo makan bareng kami”(ucap Mey menggandeng tangan Dafa),
“gak usah gue gak butuh belas kasihan gue bisa cari makan sendiri dengan keahlian gue” (ucap Dafa),
“yaudah kalo gitu kamu nyanyi untuk kita, dan sebagai upahnya aku traktir kamu makan” (ucap Mey tersenyum),
“baiklah” (ucap Dafa yang dari tadi memang sedang menahan lapar).
         Mereka pun kembali ke tempat dimana Mey makan, “Mey duduk kembali di kursi tempat dimana dia makan, “Mey kamu ko kenal orang kaya gitu kenal dimana?”(bisik Mauzth ), “ssstt.. nanti aku ceritain,, sekarang dengerin aja dia nyanyi” (ucap Mey),petikan gitar mulai terdengar dan Dafa mulai menyanyikan lagu dari Adista perih,,
       “aku masih simpan kisah malam itu,disaat indah matamu, buka hatiku,                                           kurasakan getar cintaku kembali, jiwa ini tlah sempurna, karena aku punya kamu,,                            sayang selama ini kau kemana  ?  seumur hidupku mencari ku jatuh cinta terakhir itu kamu                            cinta tak pernah terbayang olehku indahnya rasa yang kau beri  saat ku menemukanmu ,hati ini tlah hidup sendiri,
         kau anggap aku jadi lebih jatuh, dan tak akan pernah mampu aku hadapi,                  saat cintamu selamatkan aku, jiwa ini tlah sempurna,   karena aku punya kamu                                                               sayang selama ini kau kemana  ?  
    seumur hidupku mencari ku jatuh cinta terakhir itu kamu   cinta tak pernah terbayang olehku indahnya rasa yang kau beri  saat ku menemukanmu ,hati ini tlah hidup sendiri, “
                                                                                    **
         “gila lo nyanyi bagus banget,sumpah keren, pasti lo lagi galau akut yah, makanya total banget” (ucap Mauzth, udah kaya juri di X-factor),
Dafa hanya tersenyum ,
 “nih Daf udah gue pesenin nasi goreng spesial buat lo” (ucap Mey dan mempersilahkan Dafa untuk duduk),
 “makasih” (ucap Dafa). Dafa menyantap nasi goreng dengan lahapnya, Dafa memang belum makan dari perjalananya ke Brebes sampai Jakarta,
 “lahap banget laper atau enak” (ucap Mauzth ngledek)
“gue belum makan dari kemaren, gue ke Jakarta Cuma modal nekad, bahkan bekal gue Cuma pakean sama gitar” (ucap Dafa),
“pasti ada alasan kenapa lo nekad ke Jakarta” (tanya Tama),
 “gue buronan di Brebes” (ucapnya singkat),
 “ko bisa ?” (ucap Mereka serentak),
“gue gebugin  temen gue sampe sekarat dan sekarang dia masuk rumah sakit” (ucap Dafa),
“atas dasar apa?” (tanya Mey),
 “karena diam-diam dia nikung gue dia pacaran sama pacar gue, dan gue nyesel sekarang mukul temen gue sendiri cuma gara-gara cewe penghianat” (ucap Dafa),
“kadang cinta emang berakhir dengan kebohongan bahkan penghianatan (ucap Mey),

 “gue nyesel karena gue bikin ibu gue nanggung apa yang gue lakukan, gue pergi juga karena gak mau bikin ibu malu lagi punya anak nakal  kaya aku” (ucap Dafa ) ,
“jangan sedih, kita mau ko jadi temen kamu ? dan gue yakin lo itu punya hati yang baik” (ucap Tama),
 “iya senyum dong mas bro” (ujar Mauzth),
 “ iya senyum, karena dengan sedikit senyuman, maka kau akan terlihat lebih kuat” (ucap Mey).
                                                                                    **
         “kalian gak malu punya temen kaya gue,?” (ucap Dafa),
“teman adalah teman, bukan karena dari tampang atau fisik luarnya” (ucap Mauzth menepuk pundak Dafa),
 “kau tau apa yang lebih penting dari cinta? itu adalah persahabatan” (ucap Tama),
“mending sekarang kamu pulang sama kita, dan kamu minta maaf sama temen kamu, mungkin dia mau mencabut tuntutanya”(ucap Mey meyakinkan),
“iya karena melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada malah nambah masalah jadi nambah runyam” (ucap Mauzth),
 “apa dia mau memaafkanku, jika tidak bagaimana?” (ucap Dafa cemas),
“ Daf,, dengan minta maaf gak akan ngebuat derajat seseorang itu jadi tinggi atau rendah, dan orang yang memaafkan pasti berhati mulia” (ucap Mey).
          Sejak malam itu, mereka menjadi sahabat, dan Dafa ikut pulang bersama mereka, sesampainya di Brebes kota yang terkenal telor asin dan bawang merahnya, Mey dan kawan-kawan tidak langsung pulang ke rumah, mereka mengantar Dafa kerumah sakit untuk meminta maaf pada Ian.
        yaps Ian adalah sahabat Dafa yang Dafa pukul sampai sekarat. Belum sampai Dafa memasuki kamar Ian, ibu Ian sudah dengan keras menghalanginya,
 “kebetulan sekali kamu kesini, saya bisa telfon polisi untuk menangkap kamu sekarang” (ucapnya),
“Ibu gak usah melaporkan saya, karena saya bisa menyerahkan diri, saya hanya ingin minta maaf sama Ian, ijinin saya buat ketemu Ian bu,,” (ucap Dafa Memohon),
 “gak bisa” (ucap Ibu Ian ketus),
“bu,, Allah aja pemaaf, kita yang umatnya kenapa begitu sombong tidak mau memaafkan” (ucap Mey),
“kamu gak usah ceramah disini yah, saya adalah seorang Ibu yang gak trima anaknya disakitin oleh orang lain” (ucap Ibu Ian),
 “Bu,, kami paham , tapi kali ini,, tolong ijinin Dafa buat ketemu sama Ian, biarin Dafa selesain masalahnya sama Ian, toh Dafa juga sudah bilang setelah ini dia akan menyerahkan diri” (ucap Tama),
“baik, silahkan masuk” (ucap Ibu Ian dengan nada ketus).
                                                                                **
          “Yan.. kamu bisa denger aku?” (ucap Dafa pelan di telinga Ian). Perlahan Ian mulai membuka matanya,
“Yan, gue minta maaf yah,, gue emosi, karena sakit ngelihatnya lihat pacar, selingkuh sama sahabat gue sendiri , gue janji setelah gue minta maaf sama elo, gue bakal nyerahin diri ke polisi, tapi gue minta satu hal sama elo, tetep jadi sahabat gue, karena gue gak mau kehilangan sahabat yang dari kecil udah selalu nemenin gue” (ucap Dafa menangis).
 ‘”Daf, gue maafin lo, gue yang salah, gue udah ngotorin persahabatan ini cuma gara-gara cewe yang sekarang aja gak peduli sama sekali ke gue,”(ucap Ian pelan, sembari menahan sakit),
“Silfi emang bener keterlaluan”(ucap Dafa mengepal tanganya).
“Daf, lo gak usah nyerahin diri ke polisi, karena sehari setelah lo menghilang, gue udah suruh mamah cabut tuntutanya, sahabat macam apa yang ngebiarin sahabatnya sengsara dipenjara” (ucap Ian),
“makasih yan” (ucap Dafa memeluk Ian)  
         Dafapun keluar dari kamar Ian, matanya masih berkaca-kaca,
“bu,, Ian bilang ibu sudah cabut tuntutanya, tapi jika ibu masih menginginkan saya dipenjara, maka saat ini juga saya ke kantor polisi untuk menyerahkan diri” (ucap Dafa),  
“tidak Dafa, karena bagaimanapun kamu sudah seperti anak ibu sendiri, ibu hanya kecewa sama kamu, jangan diulangi lagi yah,pria sejati tidak akan menggunakan tinju sebagai kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan, kecuali pada saat mendesak, untuk perlindungan diri, apa lagi ini masalahnya karena hati, masalah hati harus dilesaikan dengan hati bukan dengan tinju” (ucap ibu Iand memeluk Dafa) 
                                                        **
        Siang ini dengan cuaca yang panas dan kurang bersahabat Mey dan kawan-kawan pulang ke cafe,, ibu,Febi dan yang lainya menyambut dengan penuh keceriaan, Mey merasa bersalah, badanya serasa kaku untuk melangkahkan kakinya ke dalam cafe, hatinya merasa tak enak karena telah menyusahkan banyak orang, dengan langkah yang sangat pelan Mey mulai memberanikan diri memasuki cafe.
       “Gimana udah ketemu sama belahan jiwanya, “celetuk Febi dengan nada ketus     
rese banget lo” ujar Mey dengan menjitak kepala Febi
Semua kembali sibuk dengan pekerjaanya masing-masing, begitupun dengan Mauzth yang baru datang, dia bergegas kebelakang untuk mencuci piring yang kotor, dan Tama masih duduk membisu di meja kosong yang diatasnya masih ada piring dan gelas bekas pelanggan, berbeda dengan Tama Mey seperti menghindari Tama dia pergi ke dapur bahkan dia tidak tau apa yang harus dilakukanya ke dapur. Tak beberapa lama kemudian Tama bergegas membereskan piring dan gelas kotor dan membawanya ke dapur, Mey yang ada di dapur, mengalihkan pandanganya, dia seperti tidak mempedulikan Tama yang sejak tadi memperhatikanya.
         Stev yang sejak pulang sekolah sudah ada di cafe untuk membantu Febi sekaligus mencari kesempatan untuk bisa bersama Febi, menyadari suasana canggung antara Tama dan Mey,
 “mau sampai kapan kalian diem-dieman kaya gini, kalian bukan anak kecil yang kalo punya masalah diem, terus nangis, kalian udah gede harusnya bisa lebih bijak ngadepin masalah, apalagi ini masalah hati” ujar Stev dengan pandangan penuh menuju ke Mey dan Tama. Mey dan Tama seperti mengalihkan pendengaranya, padahal mereka mendengar jelas apa yang Stev katakan.
       “Mey, kamu mau sampai kapan diemin Tama, bukan salah Tama cinta sama lo, kita gak bisa ngerubah rasa sayang  seseorang, kamu bukan Tuhan yang bisa mengendalikan rasa sayang,” ujar Mauzth yang sedari tadi sudah engga tahan dengan suasana dingin anatara Mey dan Tama. Mey masih saja terus diam, bibirnya merasa kaku untuk mengatakan sesuatu, jantungnya terasa terhenti memompa, hingga dadanya merasa sesak.
       Begitupun dengan Tama hatinya seperti ingin berteriak kencang dan mengatakan pada dunia, kalau perasaanya begitu besar pada Mey, hingga bibir merahnya melontarkan kata-katanya “kamu gak usah khawatir Mey, aku akan pergi jika itu membuat kamu lebih baik” Tama perlahan pergi meninggalkan dapur dan keluar dari cafe, suasana menjadi lebih hening,
“kamu akan ngerasa kehilangan Tama  mungkin bukan sekarang, tapi nanti” ucap Mauzth dengan tatapan penuh kekecewaan pada Mey.
                                                                                    ***


” berhenti membuat keadaan yang tidak adil, semua yang berdasarkan cinta memang tidak pernah adil, bahkan dalam kehidupan ketidak adilan sering kali datang, tapi kan kau masih punya nurani untuk memenangkan keadilan tersebut, agar kau tidak terlalu egois dengan masalah hati tanpa memperhatikan orang yang sudah tulus menyayangimu”





                                                                        Dua Belas                                          
       Semenjak kejadian sore itu di cafe, Tama sudah tidak pernah lagi menemui Mey, hatinya seperti tidak kuat berjauhan dengan Mey, namun logikanya berfikir untuk membahagiakan Mey, karena dengan dia jauh dari Mey mungkin Mey akan merasa lebih tenang. Sebisa mungkin Tama menyibukan dirinya, dengan hal apapun, seperti kegiatanya di kampus, dia kembali aktif di karate dan kegiatan bermusiknya. Tidak seperti Tama yang menjadikan karate dan musik sebagai pelarian, Mey yang masih saja terus bersedih dengan masalah hati yang dialaminya, hatinya tidak bisa berbohong bahwa dia merindukan sosok Tama.
          Sabtu malam, Mey masih saja duduk melamun di dapur, tak peduli begitu banyak pelanggan di cafe, Anam yang sejak tadi sibuk membuat pesanan pelanggan akhirnya merasa geram pada Mey yang tak melakukan kegiatan apapun.
         “Niat bantuin gak sih, cafe udah mulai rame bengong aja” ujarnya sambil terus membuat  nasi  goreng sosis.
“Apa?? Gimana Tam? “(karena terkaget kata yang keluar dari mulutnyapun seperti apa yang sedang ia pikirkan), 
“Anam hanya tersenyum kecut mendengarnya”
Mey hanya terdiam, wajahnya memerah seketika, bibirnya bergetar bingung apa yang harus ia katakan.
 “yaudah sini pesanan meja 8 biar aku yang anterin” ujarnya dengan membawa pesanan pelanggan”.
                                                                                    **
         Berbeda dengan Anam yang sibuk memasak di dapur, Mauzth yang standbay di meja kasir,  Arif dan Febi yang siap mengantar makanan dan menawarkan menu. Stev, yang sejak tadi sibuk di panggung kecil yang tersedia di cafe tersebut, logikanya mulai berfikir, kenapa ada panggung gak dimanfaatin.
“Feb sini deh” teriak Stev dengan lambaian tanganya 
 “ada apa?” jawab Febi dengan membawa nampan kuning di tanganya
” Ini ada panggung ko gak pernah dimanfaatin,”
“sebelum cafe ini tutup, setiap malam pasti ada pertunjukan di panggung ini, biasanya sih Band atau pertunjukan sulap, tapi sekarang kita gak punya modal buat bayar mereka, lihat aja cafe masih dalam tahap adaptasi, pelangganya belum terlalu banyak seperti sebelumnya, masih ada aja bangku yang kosong” ucap Febi dengan mengernyitkan dahinya
dengan sigap Stev langsung  mengecek semua alat musik yang ada di panggung,
“gitarnya masih oke, bas dan drum juga oke,microfon oke, cuma keyboardnya aja yang perlu servis” ujar Stev dengan gaya seperti pemusik yang profesional.
“Terus lo mau apa, mainin ini semua?” kaya bisa aja lo”
“Husst!!! Gue bisa mainin gitar, mungkin anam sama Mauzth bisa mainin drum sama bas, jadi malam minggu ini suasana cafe hidup lagi. “(ujar Stev dengan gaya gajenya)
 “ ya terserah lo deh Stev, yang penting gak bikin cafe gue sepi” (ucap Febi dan berlalu meninggalkan panggung yang letaknya memang pas di sebelah kasir).
         “Uzth lo bisa mainin bas gak, dan lo Nam lo bisa gak mainin Drum” ujar Stev.
“Lo ngina apa gimana,gue pas SMA adalah drumer andalan band sekolah gue” (ucap Anam yang sedang istirahat santai di bawah meja kasir)
”gue sih bisa main bas, emang kenapa? (sambung Mauzth yang sejak tadi sibuk dengan pelanggan yang membayarkan uangnya).
         “oke lo ikut gue naik ke panggung, lo sebagi Drum, dan lo Uzth sebagai Bas, biar gue yang nyanyi dan mainin gitar, kita bikin suasana cafe menjadi hidup kaya dulu” (ucap Stev bersemangat),
“terus yang jagain kasir siapa?” (ujar Mauzth mengernyitkan dahinya),
”itu si Arif dari pada dia bengong di dapur, kan sudah gak ada piring yang harus dicuci, nanti yang masak sama yang ngelayanin biar ka Mey sama Febi” (ucap Fani trsenyum jahat menghadap ke arah Febi), Febi terus sibuk membereskan piring kotor yang di depanya.
                                                                                      **
           “selamat malam semuanya, ini adalah minggu ke 10 cafe kimos di buka, dan karena ini malam minggu spesial, jadi ada yang spesial di cafe ini, karena mulai malam ini, cafe ini kembali ada hiburan dan sekarang kita Band tanpa nama akan memberikan penampilan terbaik untuk para pelanggan yang baik dan lagu yang kami bawakan ini adalah lagu persembahan saya untuk pacarku yang cantik ” ujar Stev dengan memperlihatkan senyum unyunya ke pelanggan dan tanganya menunjuk ke Febi”
                        Jreng...jreng.. satu..dua..tiga mereka mulai beraksi, mereka menyanyikan lagu dari sunset “pacarku yang cantik”
    Stev mulai bernyanyi dengan diiringi musik yang asik,,
“awal kita berjumpa, aku jatuh cinta padamu”
“rambut yang panjang dan pirang, cantik dirimu bagai bidadari”
La..la..la...la...la...la..la...
“kuragu tuk ungkapkanya, aku hanyalah orang yang tak punya”
“Hanya sebuah cinta yang kupunya, yang kuberikan tulus hanya untukmu,”
“Lovely ..sedang apa kamu disana, apa,, kamu sedang memikirkanku”
“Lovely,, dimana kamu saat ini, aku sangat merindukanmu,,”
“Oh pacarku yang cantik,aku ingin kau ada, disampingku, temani kesendirianku,”
“Oh pacarku yang cantik,, datang dan peluk diriku, sebentar saja”Tapi dengan penuh cinta..”
                                                                                      **
                        “prokk,, prokkk....” (tepukan para pelanggan)
Febi dan kawan-kawanpun berkumpul di meja kasir, mereka asik bercanda dengan candaan yang mengisyaratkan bahwa persahabatan mereka penuh dengan tawa yang tulus,
“Kalo kaya gini mah, gak papa jadi kita gak usah sewa Band untuk ngehibur para pelanggan disini kan sudah ada band gratis, haha Band nya aja tanpa nama”  ujar Febi tersenyum kecil.
Mey yang sejak tadi terus saja murung, menyita perhatian Febi dan teman-temanya,
“baru sekarang kan lo sadar, bahwa orang yang selama ini lo abaikan, kini malah lo kangenin” ujar Mauzth tersenyum kecut.
“gue gak tau, perasaan apa sekarang yang gue rasain, gue ngerasa kangen sama Tama, udah beberapa minggu dia gak pernah ngehubungin gue, apa dia bakal bener-bener pergi dari gue” (ujar Mey dengan wajah yang sama sekali tidak memperlihatkan keceriaan).
   “sekarang lo ngerasa bersalah gak ka?” ujar Febi ,
Mey hanya diam tanpa kata sedikitpun, dia seperti malu mengakui, jika hatinya merasa bersalah dan sekarang dia malah merindukan Tama dan berharap Tama ada disampingnya saat ini.
“sebuah kesalahan bukanlah kejahatan jadi akui saja dan jujurlah”  (ucap Arif menepuk pundak Mey)
.”lo gak adil memperlakukan ini sama Tama, lo gak tau gimana perjuangan Tama sama lo, walaupun pengorbananya selalu membuatnya merasa sakit” Tambah Anam
”berhenti membuat keadaan yang tidak adil, semua yang berdasarkan cinta memang tidak pernah adil, bahkan dalam kehidupan ketidak adilan sering kali datang, tapi kan kau masih punya nurani untuk memenangkan keadilan tersebut, agar kau tidak terlalu egois dengan masalah hati tanpa memperhatikan orang yang sudah tulus menyayangimu” (ucap Stev menatap penuh calon kaka iparnya tersebut)

Mey hanya terus terdiam dengan seribu bahasanya, semua kata-kata yang keluar dari mulut teman-temanya seperti memojokanya sekaligus menyadarkanya bahwa Tama pantas mendapat keadilan karena hatinya begitu tulus untuk memperjuangkan rasa sayangnya..
“sekarang yang harus lo lakuin lo temuin Tama lo bilang apa yang mau hati lo bilang” ujar Anam
“Dan satu lagi lo ilangin tuh semua gengsi, karena cinta gak butuh gengsi, cinta Cuma butuh kepastian” tambah Stev
“Gue yakin, perasaan Tama masih sama ke elo Mey” ucap Mauzth
           Mey semakin yakin, niatnya untuk menemui Tama semakin kuat,
“makasih kawan, semoga ini jadi sebuah awal yang indah untuk hubungan aku sama Tama” ujar Mey menatap yakin para sahabatnya.
***
















“jangan menghilang dari pandanganku lagi, aku bisa tidak waras karena    merindukanmu”










                                           TIGA BELAS
      Pagi ini suasananya begitu bersahabat, udara yang begitu sejuk,  dan daun yang berembun serta suasana mendung  yang membuat pagi ini begitu sejuk, tetapi tidak dengan hati Mey, Hatinya begitu gersang tidak lagi sejuk seperti sebelumnya, hari-harinya terasa hampa karena sahabatnya Tama tidak lagi ada di sampingnya, dan tanpa Mey sadari hatinya begitu merindukan Tama, bahkan membutuhkan Tama. Mey duduk sendiri di depan cafe miliknya, hari ini adalah hari tenang karena minggu depan Mey sudah ujian nasional. Cafe masih tertutup rapi, Mey masih menunggu Anam dan kawan-kawan, Ibunya mulai sekarang tidak lagi membantu di Cafe, karena Febi dan Mey tidak mau ibunya cape dan sakit.
          Perlahan  2 motor mulai dekat dengan cafe, Anam dan Arif yang menggunakan beat putih yang sudah di modif ala anak racing dan Mauzth yang menggunakan verza hitamnya, perlahan memarkirkanya ke depan cafe.
“sejak kapan lo ngelamun kaya ayam yang mau bertelur di depan cafe sini” ujar Mauzth dengan senyum kecutnya,
“lo masih mikirin Tama ?” ujar Anam dengan membuka gembok yang sudah terpasang rapi di pintu cafe.
 Arif masih saja sibuk membereskan rambut kriwilnya di depan spion motornya.
“Gue salah engga kalo gue nemuin Tama, ? tiba-tiba bibir mungil Mey mengeluarkan kata-kata.
 “lo gak salah, lo harus temuin Tama, dan katakan apa yang mau hati lo katakan” ujar Mauzth meyakinkan”.
Tanpa berpikir lagi Mey langsung, menaiki motornya dan bergegas ke kampus Tama, sebenernya ada rasa malu, tetapi hatinya terus menuntunya untuk menemui Tama.
                                                                                            **
       Mey sudah berada tepat di depan kampus Tama, matanya terus mencari-cari, namun banyaknya orang yang berlalu lalang, sosok Tama tidak ia temui, hingga akhirnya dia bernekad untuk masuk ke dalam kampus berharap bisa bertemu dengan Tama, langkahnya terus melangkah, kelas demi kelas ia lalui, tidak peduli dengan banyak pasang mata yang memperhatikan gerak-geriknya. Tapi langkahnya sia-sia karena sosok yang ia harapkan tidak ia temui juga.
“Mey??” trdengar suara cempreng dari lantai atas gedung, matanya mencari-cari, hingga bola matanya terhenti pada seorang cewek yang mulai turun dari tangga. Pikiranya masih mengingat-ingat, wajahynya seperti tidak asing dalam ingatanya.

“Mey, kamu ngapain disini, mau cari Tama?” (ucap Esti yang sudah berada tepat di depan Mey),
 “kamu Esti, temenya Tama kan? Kamu tau Tama dimana?” dengan wajah yang penuh lelah Mey bertanya lirih pada Esti.
 Esti yang masih mengatur nafasnya, hanya geleng-geleng kepala menjawab pertanyaanya.
“Es tolong kasih tau aku!” Mey terus memohon pada Esti, namun Esti terus saja terdiam, dia seperti menyembunyikan keberadaan Tama.
“Tama ada di gedung olahraga, dia sedang sibuk latihan, karena minggu depan dia mau ikut kejuaraan karate tingkat kota” ujar Esti seperti tidak ikhlas mengatakanya. Dengan mengucapkan terimakasih Mey lalu bergegas pergi menemui Tama.
            Esti terus berdiri di tempat yang sama dengan memperhatikan Mey yang semakin menghilang dari pandanganya.
“Tolong jangan buat Tama sedih lagi Mey” batin Esti
                                                                        **
Mey perlahan memasuki gedung olahraga, dan benar Tama sedang serius latihan dengan guru karatenya dan teman-teman seperguruanya.
 “Tama,,,” teriakan Mey membuat semua yang berada di gedung olahraga menatapnya dengan sinis. Seperti tak mempedulikan puluhan pasang mata yang menatapnya tajam, Mey terus mempercepat langkahnya menuju ke Tama yang sedang berdiri tepat dismping gurunya, lengkap dengan pakaian karate yang membuatnya bertambah terlihat gagah.
            “Tama tersentak kaget, hatinya mulai tak karuan, jantungnya berdetak lebih keras tidak seperti biasanya, dan wajahnya dalam seketika berubah pucat, melihat kedatangan Mey,cewe yang sedang mati-matian ia lupakan, namun kini dia berada tepat di depan matanya.
            “jangan menghilang dari pandanganku lagi, aku bisa tidak waras karena                              merindukanmu” ujar Mey
Mey tidak memperdulikan bahwa tingkahnya menghentikan semua kegiatan dalam gedung, mereka seperti sedang menyaksikan Drama korea, mereka terus menyimak apa yang dilakukan Mey. Tama hanya terdiam, badanya serasa kaku, bahkan mulutnya seperti gagu, kata-kata Mey benar-benar menghilangkan semua niatnya untuk melupakan Mey.
             “tolong jangan pergi dari aku, karena sekarang aku sangat tidak ingin jauh darimu, karena sejak pertama kita bertemu, aku ingin kau ada disampingku, tapi aku terlalu munafik untuk mengakui itu” ucap Mey dengan air mata yang tidak bisa lagi ia tahan
            “apa ini mimpi? Aku khawatir apa yang aku rasakan itu adalah mimpi, jika ini mimpi, paling tidak aku bisa terbangun dan tidak merasakan sakit” ucap Tama dengan tatapan yang penuh kasih”
Tanpa basa-basi lagi Mey langsung memeluk Tama, tangisnya jatuh dalam pelukan Tama,  “jauh sebelumnya, aku sudah mengawasimu, memikirkanmu,dan mengkhawatirknmu, jadi jangan menangis karena aku gak pernah dan gak akan pernah bisa mencintai orang lain seperti aku mencintaimu” ujar Tama memeluk erat Mey.
                                                                        **
            Susana sekolah kali ini lebih sepi dan tidak ramai seperti biasanya, karena kelas 12 sedang menikmati hari tenangnya, sebelum dia berjuang menentukan masa depanya dalam 3 hari. Stev duduk sendiri di taman sekolah sambil memainkan permen karet dimulutnya,     
“hay, Stev,,pacarmu yang cantik mana? Biasanya dia selalu jadi buntut kemanapun kamu pergi” ujar Indah yang tanpa permisi duduk disebelah Stev
            Stev terus terdiam, tidak mempedulikan Indah, tiba-tiba indah yang tidak pernah kehabisan akal untuk mendekati Stev, mulai memegang tangan Stev, karena Indah tau Febi sedang berjalan dari arah belakang mereka duduk.
 “lepas ndah!!” Stev berdiri dan mengibaskan tanganya, namun alhasil bukanya terlepas, Indah malah berpura-pura terjatuh, dan Brukkkkk!!! Stev dengan reflek menolongnya, adeganya seperti sinetron bergenre romantis, dan mereka persis seperti  pemanin sinetron yang sudah profesional. Febi yang melihat kejadian tersebut langsung menghampiri mereka. Tanganya geram, rasanya pengin ngebunuh dua orang di depanya, wajahnya memerah menahan rasa marah yang masih bisa ia kendalikan, dan Braakkk!! Stev yang terkaget spontan melepaskan tanganya yang menopang tubuh Indah agar tidak terjatuh.
“Feb yang lo lihat itu gak bener, tadi dia jatuh jadi gue spontan nolongin” ujar Stev dengan nafas yang terputus-putus.
            “Iya Feb dari tadi aku disini sama Stev, kita becanda bareng ketawa bareng, terus tadi pas Stev pegang tangan aku pas aku mau pergi aku kepleset dan jatuh, tapi untungnya Stev dengan sigap nolongin aku” ujar Indah dengan dramanya. Tanpa ada kata yang Febi ucapkan dia pun berlari meninggalkan mereka.
            “elo..!!!” ujar Stev dengan geram menunjuk wajah Indah dan bergegas mengejar Febi
“Feb, ini gak seperti yang lo pikirin, dan apa yang indah katakan itu gak bener, tadi aku” belum selesai Stev melanjutkan kata-katanya bel masuk sudah terdengar.
“Gak usah jelasin apa-apa mata aku udah liat semuanya”, ucap Febi dan masuk ke kelas.
                                                                        ***





“karena dalam hidup, aku hanya ingin mencintai satu orang,jika orang itu tidak mencintaiku. Tidak masalah, aku hanya berharap bahwa aku dapat melihat orang itu setiap hari”








EMPAT BELAS
            Mau sampe kapan, aku kamu cuekin, “(ujar Stev yang dari tadi dibelakang Febi yang sedang mencuci piring bekas pelanggan), kalo kamu tetep diam aku bakal nglakuin hal gila di cafe ini, kamu harusnya tau Feb, gimana sayangnya aku sama kamu. Dengan langkah kaki yang cepat Stev menaiki panggung cafe.
            Selamat malam semuanya, malam ini ada sebuah lagu spesial untuk kalian, khususnya buat kalian yang sedang dituduh selingkuh sama pacar kalian, lagu ini khusus buat wanita yang  paling gue sayang saat ini, dia adalah Febian Ega Fatmala, gadis cantik nan manis yang bermata lebar sepeti panda, dia gak sempurna, tapi gue sayang banget sama dia. “ucap Stev dan mulai memainkan petikan gitarnya.
                        “kau yang buat hatiku jadi tak menentu memikirkan dirimu”
                        “aku yang tlah terpikat hati, akan indah dirimu, melintasi hidupku”
                        “kau yang mampu tuk terangi, dalam gelapnya hati tanpa cahayamu”
                        “dan aku yang kan slalu berharap engkau yang temaniku”
                        “menghiasi waktu-waktuku” hoooo.....oooo....
                        “salahkah ku yang terlalu menunggumu”
                        “berharap engkau untuk mencintaiku lagi”
                        “dan memaafkan semua yang telah kulakukan,lupakan masalaluku”
                        “dan kau yang mampu tuk temani disetiap langkah, menyelimuti hati”
                        “aku yang ingin engkau tau berharganya dirimu tuk temani hidupku”
                        “aku yang tak bisa bila tanpa kamu, dan bila kau pergi tinggalkanku”
                        “ku tak berarti bila tanpamu, hanya kamu yang mampu”
                        “Membuatku mengerti arti hadirmu, kau yang berharga dihatiku”
                        “dan begitu indah dihidupku”
                       
Semua bersorak, tak terkecuali Febi, dia langsung ke arah panggung dan menarik Stev.
“maksud kamu apa nglakuin itu, percuma kamu nglakuin itu, kalau kamu nikung aku dari belakang, jujur aku kecewa sama kamu”( ujar Febi dengan raut wajah yang begitu sinis).
           

“tolong percaya sama aku,” (Stev memohon dengan memegang erat tangan Febi)
“kalo aku maafin kamu, kamu mau kasih apa ke aku” (ujar Febi yang menahan senyum)
“kamu pura-pura marah, tapi gak papa kalau kamu cemburu itu tandanya kamu takut kehilangan aku kan my Epeb” (ledek Stev dengan mencubit Hidung Febi).
“gue gak mau nglakuin kebodohan besar, dengan ngejauh dari kamu, dan apapun alasanya tolong jangan ngebiarin aku ngejauh” ucap Febi dengan wajah sinisnya.
                                                                        **
            Pagi ini menjadi pagi yang horor untuk 2 hari kedepan, karena dipagi ini semua siswa SMA serentak melakukan ujian Nasional, tak terkecuali dengan Mey yang sejak malam mulutnya terus berkomat-kamit menghafal pelajaran yang akan diujikan pagi ini.
“ciee yang mau ujian semangat ya buat Indonesia dan Biologinya” teriak Febi yang sedang asik nangkring di depan TV mantengin si kuning spongebob. Mey tetap sibuk dengan kaos kaki yang akan dikenakanya dengan mulut yang dimonyong-monyongin udah persis banget kaya suneo.
            “Mey, nanti sebelum ngerjain jangan lupa baca doa dulu”
Mey menoleh ke arah Ibu yang sedang sibuk menyiapkan makanan di meja makan,
“iya Bu, doain Mey yah bu”ujarnya dengan langkah yang sudah siap untuk duduk di meja makan. Ibu mengangguk lembut dengan senyum yang mengembang dari bibirnya yang tipis. Dengan sigap Febi yang sedari tadi nangkring di depan TV tiba-tiba berdiri dan lansung menyomot kempol ayam yang udah ngetem di meja makan. 
“masakan ibu emang paling yummi”
“dasar engga sopan” gerutu Mey yang sedang asik makan.
“wleeeee...” Febi hanya menjulurkan lidahnya kaya ular  berbisa yang siap menelan mangsanya.
                                                                        **
            Semua siswi sibuk dengan bukunya masing-masing, teras kelas udah kaya pasar dengan komat kamitan siswa yang menghafal isi bukunya masing-masing, Mey dengan kalem duduk anteng di sebelah Puji yang sedang komat kamit kaya mbah dukun baca mantra. “Mey lo gak belajar lagi” ujar Puji yang berhenti dari bacaan mantranya.
Mey hanya geleng-geleng melihat teman-temanya sedang adu monyong-monyongin bibir.
            Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttttttttttt!!!!!! Bel masuk sudah mengeluarkan suaranya, anak-anak dengan wajah yang tegang perlahan memasuki ruang ujianya masing-masing.
“hufftttt 20 paket,,” ujar Puji menggerutu
“semangat dong kawan, bismillah kita pasti bisa” (ucap Mey dengan menepuk pundak sahabatnya tersebut)
            Suasana kelas, menjadi sangat hening, bahkan lebih hening dari pemakaman, Puji yang sedari tadi menatap soal Bahasa Indonesia dengan sesekali menggelengkan kepalanya, dan Mey yang sangat khusyu dengan soal ujianya tersebut.
                                                                        **
            Berbeda dengan suasana kelas yang sangat hening, dikafe terlihat Febi dan kawan-kawan asyik dengan candaanya, jam-jam segini memang cafe belum terlalu rame,mereka asik dengan obrolan yang bahkan sangat tidak penting untuk di dengarkan.
“ko lama yah, katanya si Irhas dan Bandnya mau dateng?” (celetuk Stev semabari melihat jam di tanganya)
“ngapain mereka ke cafe, tumben banget” jawab Febi
“kalian ngomongin siapa sih,?”(timpal Arif yang sedari tadi sibuk ngaca ngeberesin rambut kriwilnya yang gak mungkin bisa lurus)
“eh Nam tolong dong bikinin gue es jeruk” (teriak Mauzth yang sibuk membereskan uang recehan di meja kasir)
“males lah” (jawab Anam yang sibuk dengan comic detectif conan miliknya)
            Tiba-tiba segerombolan cowo keren mulai memasuki cafe, yaps siapa lagi kalo bukan Irhas,Yayang,Ragil,dan Bagus. Nampak di belakang terlihat beberapa cewe mengikuti langkah mereka.
            “sori Stev kita telat” ucap Irhas dengan salam persahabatan
“santai, oya panggung udah gue sediakan buat kalian” ucap Stev menunjuk panggung
“panggung? Aku gak ngundang kalian buat manggung disini loh? lagian biasanya tuh hiburan adanya di malam hari” gerutu Febi
“tenang aja kali Feb ini inisiatif kita ko, kita mau manggung sukarela tanpa upah, ya itung-itung buat tanda persahabatan kita, kan kita gak pernah saling sapa nih disekolah” ujar Bagus
“oh ya kita semua juga udah nulis di semua akun sosmed kita, kalo kita mau tampil disini, jadi cafe kalian bakal rame”( ujar Yayang dengan gaya sok artis beken)
“terserah kalian aja deh ya, selama nguntungin cafe gue dan gak ngerugiin gue sih fine-fine aja” ujar Febi.
            Benar saja apa yang dikatakan mereka, cafe jadi lebih rame oleh kaum hawa, bahkan Arif sangat sibuk memberikan menu dari meja ke meja, Anam yang membelalak matanya melihat pesanan yang harus ia masak, dan Mauzth hanya geleng-geleng kepala melihat cewe-cewe cantik yang udah standbay nunggu penampilan dari Little Band.
            “yaudah guys kalian siap-siap aja dulu, gue sama Stev mau kerja dulu” ujar Febi dengan menarik tangan Stev
“Stev ko tumben mereka mau manggung disini, engga dibayar lagi, secara mereka kan sok artis, banyak yang ngefens, dan belagunya itu loh amit-amit deh” cerocos Febi
“my Epeb gak boleh gitu, gak boleh nilai orang dari luarnya, buktinya dia tulus mau ngeramein cafe kita, ya kan mungkin mereka calon artis, buktinya belum pernah nongol di TV aja udah banyak yang ngefens”
“ya itu karena mereka Alay suka bikin status gak jelas di sosmed, lagian yang ngefens juga sama cewe-cewe alay” gerutu Febi
            Anam yang sembari tadi sibuk dengan tugasnya membuatkan pesanan, akhirnya geram juga melihat Stev dan Febi yang hanya adu debat tanpa membantu menyiapkan pesanan para pelanggan.
“bisa engga gak usah debat, nih bikinin jus atau goreng sosis atau cuci piring kan bisa?” ujar Anam yang lagi sibuk ngebakar gurame.
Stev dan Febi hanya cengengesan gak jelas. Febi langsung membuat jus dan Stev mulai memasak nasi goreng sosis pesanan para pelanggan.
                                                                        **
            “selamat pagi menjelang siang temen-temen, gimana liburan kalian,??”, hefun bukan??, tapi jangan lupa kita harus doain kaka-kaka kita yang lagi berjuang,semoga mereka semua lulus dengan nilai yang bagus amiiinnnn” ucap Irhas menyapa para pelanggan yang kebanyakan adalah siswi SMA dari berbagai sekolah di kabupaten Brebes
“oke kita Little Band hadir untuk mengisi liburan kalian, kita sempetin manggung di cafe temen kita ini, untuk menemani kalian di liburan singkat ini, mungkin lagu ini bisa ngebuat kalian yang lagi galau karena di PHPin jadi nambah galau, langsung saja persembahan pertama dari kami “Satu bintang”
            Semua terhanyut dengan lagu pembuka yang dibawakan Little Band,
dan ini mungkin alasan beberapa cewe ngefens Band lokal asal Brebes yang belum pernah nongol di TV ini,
            yang pertama Irhas, cowo bermata sipit dan berwajah manis ini, selain memilik suara yang merdu dia juga mempunyai otak yang encer, dia ketua osis dan selalu memenangkan lomba debat Bahasa Inggris antar sekolah,gak heran jika banyak cewe yang ingin mengenalnya lebih jauh
            yang kedua, Bagus, cowo berkulit sawo matang dan berwajah manis khas jawa ini, sangat jago memainkan melodi di gitarnya.
            Yang ketiga,Yayang, cowo berkulit putih yang gantengnya lebih dari cukup ini, selain jago nge Drum, dia juga sangat jago ngegombal.
            Dan yang terakhir Ragil, wajahnya yang unyu-unyu kaya anak TK yang baru lulus, selain jago di Bass dia juga jago memainkan piano dan juga skateboard.
            “waktu sudah menunjukan pukul 12.00 waktunya untuk para cowo kece tersebut turun dari atas panggung setelah melatntunkan lagu dari Noah  “mungkin nanti”
“gila banyak juga yah kalian yang ngefens, gue ampe cape nih nulis menu pesenan cewe-cewe cantik” celetuk Arif yang duduk sembari melahap sosis bakar”
“yang ada gue yang cape, bikinin pesenan mereka” ucap Anam yang berjalan menuju meja kasir tempat mereka melepas lelah”
“eh Has, kabarnya lo masih belum bisa move on yah dari Indah si nenek sihir sekolah” celetuk Febi sinis
“Irhas hanya senyum-senyum kecil”
“gak tau tuh Feb, padahal banyak yang ngantri jadi pacarnya, tapi tetep aja nungguin Indah yang gak jelas, galak pula, judes juga kaya ibu tiri” ujar Ragil
“karena dalam hidup, aku hanya ingin mencintai satu orang,jika orang itu tidak mencintaiku. Tidak masalah, aku hanya berharap bahwa aku dapat melihat orang itu setiap hari” ucap Irhas dengan senyum yang membuat matanya semakin sipit.
Semua yang mendengar pernyataan dari Irhas hanya geleng-geleng kepala,tak terkecuali dengan Anam dia seperti memikirkan sesuatu yang sama dengan Irhas, kisah cintanya yang bertahun-tahun tidak pernah mendapat balasan dari sahabatnya tersebut ikut larut dalam pemikirah Irhas,
“emang ya cinta emang ribet, selalu aja bikin gue gak waras, nungguin orang yang gak pasti ngebales perasaan kita emang bikin nyesek sendiri tiap harinya” (ujar Anam, dengan ekspresi wajah yang mendramatis kaya aktor Korea)
“sudah-sudah jangan pada ngurusin kisah cintanya orang kenapa sih, nih gue bikinin sosis bakar, dan jus alpokat, biar kalian kerjanya nambah semangat” ucap Stev yang berjalan dari arah dapur.
            Ragil,tanpa malu-malu langsung menyomot segelas Jus alpokat buatan Stev, diikuti dengan Yayang dan Irhas, Mauzth dengan gaya sok jaimnyapun mengikuti jejak si Ragil,
“gue minum yah” ujar Mauzth dengan menyedot jus alpokat dari sedotan merahnya,
si Arif dan Anam tidak mau kalah, satu tangan nyomot sosis dan satu tangan nyomot jus, Febi cuma geleng-geleng lihat tingkah mereka yang mirip sama korban bencana alam yang kelaparan.
            “assalamualaikum” Teriak Mey yang masih berseragam putih abu-abu sepaket dengan tas gendongnya.
“waalaikumsalam” (jawabnya serentak)
Tanpa permisi, si Mey langsung nyomot aja sosis bakar didepanya,mukanya udah kaya profesor yang abis ngelakuin penelitian,rambutnya berantakan gak berbentuk, mulutnya yang masih mengunyah sosis, ngebuat teman-temanya bengong,
“apa mungkin ini ekspresi orang yang abis ujian nasional? Acak-acakan, kelaparan lagi” ujar Irhas tersenyum kecil”
“gue waaktu ujian aja gak gitu juga kali Mey” ucap Anam
“gue acak-acakan gara-gara si kupret Puji yang ngacak-ngacak rambut gue, keluar dari ruangan langsung ngacak-ngacak rambut, katanya soalnya bikin dia pengin makan orang, gue deh sasaranya” cerocos Mey yang masih mengunyah sosisnya
“nih sisir,” ucap Arif dengan memberikan sisir merah yang selalu menetap di saku celananya
            Mey sibuk menyisir rambutnya, sedang yang lainya kembali ke tugasnya masing-masing, terkecuali Irhas dan kawan-kawan, mereka masih saja meminum sisa-sisa air di gelasnya masing-masing.
“guys gue cabut duluan, gue ada janji main skateboard sama temen” ucap Ragil
Semua hanya mengangguk, dengan memberikan senyum manis kaya gula jawa ke kawanya tersebut, langkahnya perlahan keluar dari cafe, suasana di cafe masih saja rame dengan candaan segerombol cucu adam yang kocak,
“Nam kenapa lo mukanya udah mirip kaya caleg yang gak jadi tau gak” celetuk Mauzth
“rese lo mah, gue Cuma lagi berfikir aja, apa gue jelek banget ya, sampai Esti gak mau nrima gue jadi pacarnya” jawab Anam
“lo pengin tau jawabanya Nam??” (celetuk Arif yang masih aja sibuk nyisir rambut kriwilnya)
Anam hanya mengangguk-anggukan kepala kaya murid SD yang sedang dilatih membaca sama gurunya,
“lo tanya aja sana sama rumput yang bergoyang, kali aja mereka mau jawab pertanyaan lo, dan berhenti bergoyang” (ujar Arif cekikian)
            Febi,Stev dan yang lainya ikut menertawakan Anam, apalagi si Mauzth kayanya khusyu banget ketawanya sampe megangin perutnya yang kempes, Anam yang perasaanya lagi sensitifpun tanpa ada kata-kata langsung melangkahkan kakinya ke dapur.
“Nam lo gak ngambek kaya anak kecil yang gak di beliin mainan sama mamahnnya kan?” (ujar Arif yang masih saja pengin menggoda sahabatnya tersebut)
Yang lain masih saja tertawa, Irhas yang mengerti betul perasaan Anam, langsung angkat bicara.
“woy diem!! Kalian gak lihat sahabat kalian lagi mellow, harusnya kalian nenangin bukanya ngetawain, bukan salah Anam masih ngarepin cewe itu, rasa ini Tuhan yang ngasih kita manusia Cuma bisa nerimanya” (ucap Irhas yang tiba-tiba berdiri dan mengeluarkan suaranya kaya calon bupati yang lagi kampanye)
semua diem serentak dan Mey perlahana memasuki dapur menghampiri Anam, diikuti oleh yang lainya, wajahnya sayu memandang penuh raut wajah Anam yang masih saja terdiam dengan berpura –pura menyibukan diri mencuci piring padahal hanya ada satu piring saja yang kotor,
            “Nam lo boleh aja marah sama kita, tapi asal lo tau kita disini Cuma mau lo itu seneng dan gak sedih  terus-terusan”(ucap Mey memegang lembut pundak Anam)
“maafin kita Nam, kita gak maksud bikin lo nambah sedih”(tambah Mauzth yang sudah ada di belakang Mey)
“hati emang gak bisa di kontrol Nam,tapi kan lo masih bisa kompromi sama hati lo sendiri, jangan sering-sering mendewakan perasaan, karena bakalan bikin lo cengeng” ucap Arif
Tiba-tiba Mauzth dan Stev bergoyang konyol nan alay dengan musik dangdut yang ia putar dari hp nya diikuti Febi, Irhas, Yayang, Bagus dan Arif.
“daripada lo galau mending ngebor bareng kita,, ayoo!!!” ujar Ragil menarik tangan Anam
“iya makasih kawan, harusnya gue tau, orang yang selama ini gue cintai, jarang ada di samping gue disetiap gue butuh pundak untuk bersandar, tapi kalian sahabat gue selalu rela menyediakan pundak setiap gue butuhin, kadang tingkah konyol kalian selalu aja jadi alasan gue untuk tersenyum, walaupun keadaan gak memungkinkan untuk gue tersenyum” (ujar Anam tersenyum manis ke sahabat-sahabatnya)
“itulah hebatnya sahabat, rela bertingkah konyol supaya bisa membuat sahabat yang dikasihi tertawa bersama-sama” ucap Mey
                                                                        ***













“berharap boleh aja, berharap bukan sebuah kesalahan ko, tapi berharap sama aku orang yang gak pernah ngarepin kehadiran kamu itu yang salah, bahkan bermasalah




LIMA BELAS
          Sore ini terlihat sangat cerah, terlebih suasana di taman Edukasi kota Brebes, taman yang dikelilingi banyak pepohonan, di beri juga fasilitas tempat duduk di setiap sudutnya,tak banyak juga pedagang kaki lima di depan taman tersebut yang ikut meramaikan suasana sore itu  gak heran jika banyak sepasang muda-mudi yang nongkrong di taman tersebut, begitu juga dengan Ragil,Dafa dan Ian, yaps mereka tergabung dalam komunitas pecinta olahraga skateboard kota Brebes, mereka bertiga nampak asik memainkan skateboardnya, sesekali Ian yang terjatuh karena masih dalam tahap pembelajaran.
“cape juga yah main beginian” ucap Ian dengan nafas yang terputus-putus
“makanya sering-sering berlatih,percuma lo masuk komunitas kalo males latian” ucap Dafa yang bersiap-siap untuk duduk melepas lelah
Ian Cuma menyimak apa yang dikatakan Dafa, dengan sesekali menengguk air mineral yang dibawanya dari rumah, Ragil masih saja asik dengan skateboardnya, pandanganya fokus ke depan, tiba-tiba cewe berambut panjang melintas di depanya, Ragil yang panik karena hampir menabraknyapun bergegas untuk memberhentikan skateboard dikakinya. Namun sayang diapun menabrak cewe didepanya tersebut. Brukkkkkk !!!Ragil matanya melebar, wajahnya memerah menahan marah.
“gimana sih lo buta? Gak punya mata, gak liat ada orang lagi main skateboard?” (ucap Ragil menggentak dengan mata yang melotot)
“guuuuue sengaja ko biar bisa lo tabrak, jadi guuue biiiissaa deket sama eeelo” (ucap Neni gagap)
“gue tau, lo pasti salah satu fans gue, tapi tolong jangan bikin diri lo celaka”
“bahkan kaka sampe gak ngenalin aku, aku ini adik kelas kak Ragil, coba deh inget-inget lagi”
Ragil mencoba mengingat-ingat, menguras semua yang ada di memori otaknya, kali aja muka tuh cewe terlintas dalam ingatanya. Dengan mata yang menengadah ke atas dan tangan yang sesekali memegangi kepalanya, akhirnya si Ragil selelsai juga berfikir.
“gue inget sekarang! lo itu buntutnya indah kan? Kelas X-6”
Nenipun tersenyum centil dihadapan Ragil dan tanpa basa-basi dia langsung memberikan kertas berwarna merah muda dari saku jaketnya,
“nih ka??” ucapnya sambil menyodorkan surat tersebut ke Ragil
Tanpa basa-basi Ragil langsung mengambil dan membacanya, matanya langsuk membelalak melihat tulisan yang ada pada kertas tersebut,bibirnya serasa ingin mengatakan sesuatu, tapi logikanya melarangnya untuk berucap, ini benar-benar hal yang benar-benar konyol selama hidup Ragil, di tembak sama adik kelasnya sendiri melalui tulisan.
          “gimana ka? Ka Ragil mau kan jadi pacar aku?”
“lo waras kan yah dek?? Gue aja gak kenal siapa lo, bahkan baru sore ini gue lihat jelas muka lo, mana mungkin gue bisa jatuh cinta sama cewe secepet ini.
“tapi aku udah suka sama ka Ragil dari pertama aku lihat ka Ragil, saat ka Ragil ngajar aku MOS, bahkan aku masuk OSIS biar bisa sering lihat ka Ragil, tapi ka Ragil gak pernah lihat aku, bahkan nglirik aja engga, aku cape ka terus-terusan jatuh cinta dalam diam, aku pengin ka Ragil tau bahwa ada aku yang sangat sayang sama kaka dan apa salah aku berharap sama kaka” (ucap Neni dengan wajah yang udah gak jelas lagi ekspresinya, entah sedih, kecewa atau seneng, pokoknya nano-nano lah)
Ragil hanya geleng-geleng kepala gak ngerti dengan apa yang diucapkan gadis lugu yang mencoba memberikan pengakuan kepadanya.
          “kenapa kaka Cuma diem?”                    
“berharap boleh aja dek, berharap bukan sebuah kesalahan ko, tapi berharap sama aku orang yang gak pernah ngarepin kehadiran kamu itu yang salah, bahkan bermasalah” (ucap Ragi menepuk pundak Neni dan perlahan langkahnya menjauh)
Neni yang masih saja terdiam di tempat yang sama, seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ragil sosok pria yang sangat ia kagumi,
“ka Ragil gak tau, berapa lama aku ngumpulin keberanian buat ngungkapin ini semua, berapa lama aku ngerasa sakit sendiri tiap ketemu ka Ragil, aku cape jatuh cinta dengan diam-diam aku Cuma gak mau jadi seorang pengecut yang hanya bisa bersembunyi di balik rasa cinta yang gak bisa aku utarakan, tapi setelah aku ngungkapin, ka Ragil dengan gampangnya bilang kalo harapan aku itu bermasalah” (teriak Neni dengan terus menangis sesegukan)
          Ragil terhenti dari langkahnya dan menoleh ke belakang, dan perlahan mendekati Neni, kedua tanganya memegang erat pundak Neni, matanya menatap Neni dalam-dalam, dan dengan lembut bibir seksinya mulai mengeluarkan kata-kata,
“jangan berharap pada yang tidak pasti, karena itu bakal nyakitin diri kamu sendiri, udah jangan nangis lagi, mungkin untuk saat ini aku belum bisa nrima hadirnya kamu, tapi gak tau entah kapan waktunya, mungkin Allah bakal ngasih aku rasa buat aku bisa sayang sama kamu”
“Neni terus terdiam, Ragil memandang lembut wajah gadis yang di depanya, perlahan tanganya mengusap air mata yang terus terjatuh di pipi bakpau punya Neni”
          Ragil dan Neni hanya saling menatap, suasana menjadi sangat haru, tiba-tiba dua kroco si Ian dan Dafa menghampiri mereka dengan gaya petakilanya si Ian mengagetkan Ragil yang lagi khusyu saling tatap sama Neni.
“cewe mulu yang di tatap, gue dong sekali-kali” (ucapnya menepuk pundak Ragil diiringi cekikikan si Dafa)
“ngagetin aja lu yan” ucap Ragil dengan pelototanya
“jangan lebar-lebar kalo melotot nanti keluar itu bola matanya” ledek Dafa
“siapa lagi dia Gil cewe lu yang baru?” ucap Ian
“dia???” (menunjuk ke arah Neni) “dia bukan siapa-siapa gue, Cuma adek kelas yang ngefens, yaudahlah ayo pulang udah mau maghrib juga” (ujarnya dengan membawa skateboardnya dan perlahan langkahnya mulai menjauh dari Neni, diikuti Dafa dan Ian)
                                                                        **
Malam ini sepertinya kurang bersahabat kepada Anam, Arif dan Mauzth, diperjalanan mereka pulang hujan deras tiba-tiba datang tanpa permisi,di iringi dengan suara petir yang membuat suasana malam semakin horor.
“sial, ujan dateng ndadak banget, bukanya nungguin kita sampai” gerutu Mauzth
“yaudah berteduh aja dulu itu kayanya ada rumah”(ucap Anam sambil menunjuk arah rumah yang gelap tanpa lampu)
“lo lagi kerasukan setan apa gimana sih, itu rumah kosong Nam” (ujar Arif kesal)
Anam hanya nyengir, mereka masih saja mengendarai motornya dengan sangat pelan,jalanan sepi mereka telusuri, gak lupa juga berbagai ayat Al-Qur’an mereka latunkan dari mulut mereka sampai akhirnya mereka melihat mobil yang terhenti di pinggiran jalan.
“eh guys, itu mobilnya begal apa bukan yah?? (Ucap Arif memperhatikan avanza hitam yang berada sekitar  5 meter dari hadapanya)
“sembarangan, mana ada begal pake mobil” (ujar Anam)
“yaudah mending kita samperin aja” (ucap Mauzth dengan meng-gas motornya menuuju mobil tersebut,diikuti Arif dan Anam)
          di dalam mobil nampak terlihat seorang wanita sedang memegangi hp’nya yang sudah kehabisan batre, wanita tersebut terlihat sangat cemas, ketika menyadari ada orang di sebelah mobilnya,
“tok..tok..tok.., buka “(ucap Arif mengetok pintu)
Perlahan wanita tersebut membuka kaca mobilnya, seketika Anam langsung menunduk, sepertinya ia menyadari siapa sosok wanita yang berada di dalam mobil tersebut,
“bu,, maaf mobilnya kenapa?” tanya Mauzth
“udah ayo cabut, biarin aja bukan urusan kita juga” ucap Anam terus menunduk dengan satu tangan yang menutupi mukanya”
“lo kenapa sih Nam, biasanya lo yang paling semangat kalo nolongin orang, terus kenapa lo nunduk terus, lo kenal sama ibu ini?” ucap Arif
          Wanita tersebut dibuat bingung oleh tingkah Anam yang gak berani menatapnya, hatinya seperti sudah sangat dekat mengenalnya,
“tunggu, tante boleh tau siapa nama kamu?” ucap wanita tersebut, sembari mencoba melihat wajah Anam
“nama aku Anam” ujar Anam dengan memperlihatkan wajahnya ke arah wanita tersebut
Matanya seperti menahan air mata yang jatuh,yaps  Lili Nursantika nama wanita tersebut diapun dibuat kaku seketika oleh Anam, bibirnya bergetar tanganya seperti ingin memeluk Anam, yah Anam anak yang dilahirkanya 19 tahun yang lalu, anak yang selalu ia sia-siakan sampai akhirnya  anak tersebut pergi dari rumah untuk mencari kehidupan di jalanan, begitu juga dengan Anam, seketika air matanya terjatuh, seperti tidak kuat melihat paras ayu ibunya, Anam pun langsung bergegas turun dari motor dan berjalan kaki meninggalkan dua sahabatnya,
Wanita tersebut dengan sigap langsung membuka mobilnya, dan mencoba mengejar Anam, Arif dan Mauzth masih saja terdiam tak mengerti apa yang terjadi diantara Anam dan wanita tersebut.
          “Anam,, ini mamah, kamu gak mau lihat mamah??” (teriak wanita tersebut)
Anam masih saja terus berjalan dan mempercepat langkahnya, wanita tersebut dengan nafas yang terengah-engah terus mencoba mengejar Anam, tangisnya bercampur dengan air hujan yang membasahi sekujur tubuhnya, dengan nafas yang semakin sesak dia masih saja mengejar Anam, yang semakin jauh dari pandanganya, Mauzth dan Arifpun perlahan menghapiri wanita tersebut dengan motornya.
“ayo kejar Anam pake motor” ujar Arif
Tanpa banyak bicara,wanita tersebut langsung menaiki motor, dan dalam beberapa menit 2 motor tersebut sudah berada di depan Anam.
“ngapain lo bawa dia kedepan gue? Ngapain??” teriak Anam
“dia mamah lo Nam, lo harus hormat sama dia” jawab Arif
“gue gak punya mama, bawa dia pergi dari hadapan gue, gue gak punya mamah paham lo berdua!!!”
“Nam, maafin mamah, jangan pergi lagi dari mamah, semenjak kamu pergi dari rumah, mamah cari kamu kesana kemari, dan ternyata benar apa kata Esti kamu ada di Brebes, sebenarnya mamah ini mau nyamperin kamu ke cafe tempat kamu kerja, tapi tiba-tiba ban mobil mamah bocor, dan hp mamah lowbet, tapi Allah sayang sama mamah, sampai akhirnya kita bisa dipertemukan disini”
“seorang mamah gak akan, bilang sama anaknya, kalo anaknya itu bencana bagi dirinya, anaknya pembawa sial, bahkan mamah gak pernah ngakuin aku jadi anak, terus kenapa mamah masih cari aku, kenapa mah???” (ujar Anam dan berlari meninggalkan mamahnya)            Arif dan Mauzth bergegas untuk mnegejar Anam dengan motornya, namun mamah Anam melarangnya, dia berfikir Anam perlu waktu untuk bisa memaafkanya, dia sadar betul katan-katanya selalu kasar dan menyakiti Anam, tiba-tiba pandanganya semakin kabur dan berkunang-kunang, dan Bruuuukkkkkkkkkkkkk!!!! Diapun jatuh tersungkur ke tanah,
“duh pingsan Uzth” ucap Arif cemas
“emang kelewatan itu si Anam, kualat dia” gerutu Mauzth
“udah gak usah mikirin Anam dulu, ayo bawa ke klinik “ ucap Arif
“mending kita benerin dulu ban mobilnya, baru kita bawa ke klinik, klinik kan jauh, gak mungkin kita pake motor dengan hujan deras kaya gini”
“bener Uzth, ayo kita angkat bawa ke mobil, badanya panas banget lagi”
                                                                        **
          Sesampainya di klinik terdekat, ibunda dari Anam langsung ditangani oleh dokter IGD, dia masih belum sadar juga, Mauzth dan Arif semakin bingung untuk berbuat apa lagi, Anam tidak juga tidak bisa dihubungi, dan beberapa menit kemuadian yang diinginkan Arif dan Mauzth pun akhirnya dikabulkan oleh Allah, ibu Anam mulai siuman dari pingsanya,Arif dan Anam bergegas menghampirinya.
“tante,, gak papa?” ucap Arif
“tante pengin ketemu Anam, tante kangen sama Anam, Tante pengin memperbaiki hubungan tante sama Anam” (ucap tante Lili dengan nada yang sangat lirih)
“biar aku susulin Anam tan” (dengan sigap Mauzth menjawab)
Tante Lili hanya mengangguk, dan Mauzth yang sanagat peka tanpa pikir panjang lagi, bergegas untuk pergi menyusul Anam, sedangkan Arif masih terdiam dalam lamunannya.
“Anam masih beruntung tan masih bisa lihat mamahnya, sedang aku dari kecil udah ditinggal sama ibu, dan beberapa taun kemudian, bapak nyusul ibu ke surga, harusnya Anam bisa memaafkan Ibu yang udah bertaruh nyawa saat melahirkanya” ujar Arif




“kita emang gak pernah tahu, kapan orang yang kita sayang bakalan pergi, yang bisa kita lakukan hanya membuat momen seindah mungkin ketika Tuhan masih mengijinkan kita bersama dia orang-orang yang kita sayangi, dan tante gagal menciptakan waktu untuk membuat momen indah dengan anak tante yang tanpa sadari ternyata  tante sangat menyayanginya”
“percuma tante nangisisin waktu yang udah kelewat, yang bisa tante lakuin sekarang hanya memperbaiki diri dan berdoa supaya bisa menebus waktu yang telah tante sia-siakan”
                                                                      **
          Di taman monumen juang 45, Anam duduk menyendiri hanya tetesan hujan yang menemaninya saat ini, hatinya berantakan seperti tak percaya tangisnyapun pecah, wanita yang selama ini membuangnya tiba-tiba mencarinya dan mengakuinya sebagai anak, hatinya bergetar seperti tidak percaya kejadian yang baru saja ia alami.
“eh kampret!!! Gue cari dimana-mana taunya lo disini” (teriak Mauzth dengan langkahnya yang cepat menghampiri Anam)
“ngapain lo kesini? Mau ngebujuk gue buat nemuin nyokap gue? Gue belum siap Uzth hati gue masih sakit”
“gak ada alasan untuk lo benci sama ibu lo sendiri Nam, lo sakit? Dia bahkan lebih sakit,ngelihat anaknya gak mau maafin dia, bagaimanapun juga dia udah pernah pertaruhin nyawanya buat hidup lo”
“lo gak pernah ngrasain apa yang gue rasain Uzth, makanya lo bisa ngomong kaya gitu”
“gue emang gak pernah ngrasain apa yang lo rasain, dan lo juga gak pernah ngrasain apa yang gue rasain kan? Gue dari orok gak pernah lihat ibu bapak gue, bahkan ngebayangin muka mereka aja gue gak bisa, lo beruntung masih bisa lihat malaikat yang udah nglahirin lo”
          Anam terdiam, menunduk mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut, hatinya semakin kacau, perlakuan mamahnya dulu masih terbayang jelas di ingatanya,
“kenapa lo diem Nam? Jawab!!”
“ gue belum mau jawab, gue Cuma ingin terus menunduk dan menangis sampai gue tertidur, karena gue lelah harus menceritakan sesuatu yang menyakitkan, masih mending gue gak pernah dikasih tau sama Tuhan siapa mamah gue, dari pada gue tau siapa mamah gue, tapi mamah gue gak pernah mau ngakuin gue jadi anak, bahkan gue dianggap bencana bagi hidupnya”
“apapun alasan lo, dia tetep ibu yang ngelahirin lo, dan surga lo ada pada dia, dan sekarang mending lo temuin ibu lo, bilang maaf sama dia, jangan munafikin hati lo sendiri, sebelum lo nyesel nantinya”
Anam Cuma mengangguk-angguk mendengar apa yang dikatakan Mauzth.
“udah gak usah  banyak mikir, cepet ikut gue, temuin ibu lo”
Tanpa banyak argumen mereka pun pergi ke klinik.
          Perlahan Anam memasuk ruangan tempat ibunya dirawat, kakinya seperti kaku untuk melangkah, namun nuraninya mendorongnya untuk terus melangkah, matanya terfokus pada paras ayu yang berbaring diatas tempat tidur rumah sakit, perlahan air matanya mulai membasahi pipi lembutnya.
“mamah,,” ucapnya dan memeluk mamahnya
“maafin mamah sayang, kembali ke rumah ya, temenin mamah”
Anam mengangguk, dan terus menangis di pelukan mamahnya, mungkin ini adalah pelukan pertama Anam pada mamahnya, karena selama 19 tahun Anam gak pernah mendapatkan pelukan sayang dari mamahnya, bahkan sekedar ditegur untuk makanpun tidak pernah. Arif dan Mauzth ikut terharu dalam suasana, tanpa mereka sadari mereka berduapun saling berpelukan.
Anam yang melihat tingkah merekapun tersenyum geli melihatnya
“maho juga yah lo berdua” ucap Anam cekikan
Mauzth dan Arifpun langsung terlepas dari pelukan, mereka saling tatap, seperti tidak percaya hal apa yang sudah mereka lakukan.
“dasar maho loh” ucap Arif menatap jiji sahabatnya tersebut
“lo kali, iuuhhh banget pelukan sama lo, si kriwil kaya wedhus gembel” jawab Mauzth gak mau kalah
                                                                        **
          Gak kerasa udah hari minggu, si Mey mulai pecicilan lagi karena sudah tidak ada beban di fikiranya, ujian nasional udah ia lewati, walaupun engga tau lulus apa engganya, seengganya pikiranya udah agak bebas dari tugas numpuk, try out ataupun ujian sekolah. cafe terasa kurang hidup karena satu sahabat mereka sudah tidak bergabung lagi untuk bekerja di cafe.
“rasanya kurang yah gak ada Anam” (ucap Arif yang sedang fokus mencuci piring)
“iya udah gak sekomplit dulu, rasanya udah beda” jawab Febi yang lagi masakin pesenan pelanggan
“yaudahlah, Anam kan lagi menikmati waktu kebersamaan yang selama ini gak pernah dia rasain sama mamahnya, harusnya kita seneng dong” ujar Mey
Arif dan Febi hanya mengangguk-angguk mendengar apa yang dikatakan Mey, cafe semakin sore semakin rame, mereka sedikit kualahan tanpa koki handal andalan kafe kimos, yaps siapa lagi kalo bukan Anam.
Suasanapun menjadi hening, semua sibuk dengan tugasnya masing-masing, tiba-tiba terdengar bunyi PLUNG !!! dari hp si Mey, apalagi kalo bukan bunyi khas tanda ada BBM masuk, reflek Mey langsung merogoh Hp dalam sakunya.
          “maaf sayang hari ini aku engga bisa ke cafe ada tugas mendadak dari kampus” (isi BBM dari Tama)
“gak usah gue bales lah, gue R aja biar tau rasa, main ngebatalin janji aja kan kangen” gerutu Mey yang sedang sibuk dengan piring-piring kotornya. Selang beberapa menit ada BBM lagi dari Tama, “(Ciyeee, ngambek coba deh ke depan aku, udah di depan)”, dengan gaya penasaranya Mey langsung bergegas meninggalkan piring-pirng kotor yang di depanya dan bergegas ke depan cafe, benar saja Tama sudah berdiri tepat di depan pintu dengan minion kecil yang ia sembunyikan dibalik punggungnya.
“itu apa yang diumpetin, pasti hadiah buat aku yah?” ucap Mey
“Tama hanya tersenyum kecil, dengan terus menyembunyikan boneka minion dari mata Mey yang sudah kepo tingkat dewa.
“apaan sih Tam,, lihat pelit banget” ucap Mey dengan memonyongkan bibirnya
“ Cuma boneka ko,, buat PAMAN tercinta”
“ko buat paman?? Aku kira buat aku,, emang paman kamu suka minion juga yah kaya aku? Terus ngapain kamu bawa-bawa kesini, kalo itu bukan buat aku??”
“ciyee,, yang udah marah-marah sampe bibirnya maju 10 cm,, jangan manyun lah udah jelek jadi nambah banget jeleknya” ujar Tama terus menggoda kekasihnya yang sudah sangat kesal dibuatnya
“Mey mencoba memalingkan mukanya dari Tama, seperti menahan kecewa”
“jangan ngambek ah,, ini emang buat kamu ko,, kamu kan PAMAN aku,,”
“PAMAN??” ucap Mey mengernyitkan dahinya
“iya PAMAN,, pacar manis, nih buat kamu,, udah jangan dijelek-jelekin tuh muka, senyum dong?? Biar nambah jeleknya”
“Mey hanya menahan senyum dengan mengambil boneka kecil pemberian Tama”
“senyum aja kali, gak usah ditahan, nanti cepet kriput tau” ucap Tama dengan tatapan menggoda
“udah ayo masuk bantuin apa ke,, kasian Febi sama Arif repot udah gak ada Anam”
“siap Bos!!!” ucap Tama dengan gerakan hormat seperti pemimpin upacara yang sedang menjalankan tugas dari pembina upacara
                                                                        **
          Gak tau Mey mimpi apa semalem, tiba-tiba sosok cowo yang dulu sangat ia sayangi perlahan memasuki cafe miliknya, dia duduk di meja pojok dekat dengan dapur, matanya jelalatan mencari sosok Mey gadis yang masih saja menghuni pikiran dan hatinya.
“ngapain ka Sam kesini? Mau bikin ka Mey sedih lagi? Ka Mey sekarang udah bahagia sama orang lain” ucap Febi dengan sinis
“Feb ka Mey mana, aku perlu ngomong sama dia?”
“dia lagi sama pacarnya, jadi mending sekarang ka Sam pulang aja”
“Febi,, jangan diusir dong, gak sopan kan dia pelanggan disini” ucap Mey perlahan menghampirinya
“ka Mey jangan percaya lagi sama ka Sam, kasian ka Tama”
Mey hanya mengangguk dengan senyum kecil yang mengembang, sedangkan Tama dari arah Dapur terus memperhatikan Mey.
“Mey aku mohon sama kamu, tolong kembali sama aku, aku emang dijodohin sama Nanda, aku udah nyoba buat sayang sama dia kaya aku sayang sama kamu, tapi kenyataanya hati dan fikiran aku masih punya kamu”
“semuanya udah beda Sam, kamu yang ngebuat aku jadi lupain kamu, dan kamu sendiri yang ngebuat aku jadi milih orang lain, dan sekarang hati aku udah bukan punya kamu lagi”
          Spontan, Samsul langsung memeluk erat Mey, dan Tama bergegas untuk mendekat ke mereka karena hatinya merasa gak trima gadis yang ia sayangi dipeluk orang lain, namun langkahnya terhenti oleh Stev yang menghalanginya.
“jangan gegabah, biarin mereka nyelesain apa yang harus di selesain, aku percaya ko ka Mey tau bagaimana dia harus mengambil sikap” ucap Stev
                                                                        **
“lepas Sam!! Tolong jangan sakiti Nanda kaya kamu nyakitin aku,”
Perlahan Samsul melepas pelukanya, mata sayunya terus memperhatikan wajah gadis yang belum bisa pergi dari memori otaknya.
“gue ingetin sama lo Sam, jangan ngulang kesalahan yang kedua kali, jangan lo sakitin hati orang yang udah bener-bener sayang sama lo, belum tentu kan besok lo bisa dapet yang kaya dia?, jangan lo bikin Nanda nangis lagi, karena lo bakal tau mungkin suatu saat lo bakal nangisin Nanda, jangan bikin dia kecewa, karena kecewanya dia bisa bikin dia benci sama lo, dan gue udah pernah ngalamin sendiri”
“terserah lo Mey mau ngomong apa, yang gue tau sekarang gue mau lo kembali sama gue, gue bener-bener bego udah nyakitin orang yang gue sayang demi orang yang gue kagumin, dan sekarang gue nyesel”
“gue gak bisa balik sama lo, hati gue udah mati buat lo, dan gue udah sama orang lain, gue sayang banget sama dia bahkan kenangan gue sama lo gak bisa bikin gue balik sama lo, karena pengorbanan dan ketulusan yang dia kasih ke gue ngebuat gue lupa sama lo”
“baik Mey mungkin kamu tidak bisa selamanya tinggal di dalam hidupku, tapi yang harus kamu tahu, kamu akan selamanya tinggal dalam hatiku sebagai kenangan, tapi tolong jangan benci aku, dan anggap aku sebagai temanmu”
Mey tersenyum tulus,  dan mengucapkan “pasti” dengan tangan yang mengusap lembut tangan Samsul.
                                                                        ***





















          Tuhan menciptkan manusia, tidak sesempurna Tuhan menciptakan malaikat, kita tak selamanya bisa hidup di dunia. Segala harta, kekayaan, dan kekuasaan juga suatu hari akan berakhir masanya.. Namun, Perasaan, hati, dan rasa kesetiaan seorang sahabat takkan pernah sirna untuk selamanya.. karena Walaupun disaat sahabat kita sudah tidak ada di dunia.. namun seorang sahabat sejati itu akan selalu ada di hati kita untuk selama-lamanya..
     Persahabatan bukanlah materi pasti yang bisa dipelajari disekolah, intinya sahabat akan selamanya ada untuk kita, dan salah satu keajaiban yang Tuhan ciptkakan adalah PERSAHABATAN

ENAM BELAS
            Suasana malam yang nyaman dengan taburan bintang membuat malam ini menjadi lebih terasa tenang dan hening, malam ini taman tidak seperti biasanya, taman terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang lagi asik mainin sepatu rodanya. Indah yang menepati janjinya untuk menemui Irhas ditaman terlihat sedang sibuk dengan gadgetnya, Neni yang diminta untuk menemaninya terlihat terdiam dengan sesekali matanya menegadah ke atas untuk melihat bintang.
            “Udah lama yah?” ucap Irhas yang tiba-tiba nongol dari belakang kaya vampir
“engga ko, mau apa yah, kenapa tiba-tiba nyuruh aku kesini?”
“emmpp,, guys gue kesana dulu yah, mau cari angin, hafun yah” ucap Neni yang peka dengan kedipan mata Irhas
Indah hanya mengangguk, mendengar temanya yang dengan sengaja meninggalkan dia bersama Irhas. Perlahan Irhas duduk disebelah Indah, senyumnya mengembang dengan mata sipit yang terus memperhatikan gadis disampingnya.
“Ndah,, apa lo masih ngarepin Stev?”
“gue udah gak ngarepin Stev lagi, gue sadar, sia-sia gue ngarepin dia, itu Cuma bikin gue sakit sendiri, rencananya juga besok gue mau minta maaf sama Febi, gue sadar gue yang salah sama Febi, harusnya gue bisa nerima dia dalam kondisi apapun,gue Cuma iri sama dia, karena dia selalu jadi pusat perhatian dan dia selalu bisa ngelakuin apa yang gak bisa gue lakuin,bahkan orang yang gue suka lebih milih Febi dari pada gue.  dan gue bukan sahabat yang baik, tapi gue mau memperbaiki semuanya
“aku salut sama kamu Ndah, aku yakin Febi bakal maafin kamu ko,oh iya apa kesukaan kamu masih sama? ice cream rasa coklat dan silver queen” (ucapnya dengan memberikan kantong plastik yang berisikan coklat dan ice cream)
“makasih Has kamu selalu ngerti apa yang aku mau, kamu selalu bisa nenangin aku”
“kamu terlalu suka dengan ice cream dan coklat, mungkin itu emang enak rasanya. Tapi kamu  gak memperhatikan air mineral yang selalu kamu minum saat kehausan, selalu kamu minum setelah menangis, kamu terlalu sibuk mengejar Stev yang menurut kamu sempurna dan bisa ngebuat kamu bahagia, tapi kamu tak pernah mau melihat ke aku yang selalu siap untuk bisa ngebuat kamu bahagia, seseorang yang mungkin tidak sempurna yang selalu sakit setiap merindukanmu, kamu hanya sibuk memperhatikan Stev tanpa kamu menoleh kearahkau yang tidak pernah lupa mendoakanmu disetiap shalatku. Cinta gue mungkin kaya air mineral yang gak punya rasa semanis coklat favorit kamu, tapi tanpa kamu sadar kamu gak pernah bosan meminumnya, air yang kau minum setiap kali kepanasan, juga saat kau kedinginan, jika lo pengin rasanya manis? Lo bisa nambahin sedikit gula kedalamnya. Air yang selalu membantumu minum obat sehingga rasanya tak terlalu pahit, dan air yang membantumu untuk tetap hidup, cinta bukan tentang siapa yang paling sempurna, melainkan saling menerima antara dua makhluk Tuhan yang lemah, cinta adalah kunci untuk menyatukan perbedaan untuk menjadi kesepadanan”
“makasih Has, gue harap perasaan lo ke gue masih sama kaya dulu, gue sadar sekarang kalo Cuma sama lo gue ngerasa kalo gue lagi jadi tuan putri, tapi gue gak pernah ngakuin keberuntungan gue karena dicintai sama lo, dan sekarang gue sadar gue butuh lo Has, dan gue pengin lo yang bakal jadi imam gue nanti, lo mau kan?”
“makasih Ndah lo udah mau mempersilahkan gue masuk ke hati lo, gue janji gue bakal lebih exstra lagi bikin lo seneng” (ujar Irhas memeluk Indah)
                                                                        **
            Berbeda dengan Indah dan Irhas yang menikmati malam ini dengan keharmonisan, Ragil, Yayang, Bagus dan Stev lagi asik nongkrong di taman yang sama dengan Indah dan Irhas, mereka asik dengan sepatu roda yang dimainkanya, walaupun belum hafal betul tapi rasa percaya diri mereka mengalahkan rasa malunya, tanpa sadar mereka sedang diperhatikan banyak pasang mata yang meliriknya dengan senyum cibiran, seperti halnya Neni yang sedari tadi memperhatikan mereka dari jauh.
            “eh lo semua sadar gak sih, kalian semua itu lagi diliatin banyak orang, kalo gak bisa main gak usah main kali” ucap Neni yang sudah ada di hadapan mereka
“eh elo dek?? Gimana udah bisa move on dari gue?” ucap Ragil menggoda
Neni Cuma tersenyum kecut mendengar pernyataan dari Ragil, entah sihir apa yang telah membuat hatinya dalam sekejap bisa move on, beberapa hari yang lalu neni sudah mulai memperhatikan sesosok seniornya yang ternyata satu band juga dengan Ragil, yaps Yayang Irawan, diam-diam sudah menjadi alasan kuat untuk Neni move on dari cinta pertamanya tersebut, dan mungkin sudah digaris takdirkan oleh Tuhan untuk kali ini pilihan Neni tidak salah, sejak pertemuan pertamanya dengan Neni saat masa orientasi Yayang diam-diam memperhatikan gadis mungil tersebut, tetapi saat mengetahui Neni begitu terobsesi dengan Ragil sahabatnya, Yayang hanya bisa menyembunyikan perasanya dalam diam, merindukanya dalam hening, dan menyapanya dalam doa.
“dek, ngapain disini sendirian?” (ucap Yayang yang berharap Neni merespon obrolan yang dibuatnya)
“nganter Indah, tapi sekalian juga mau lihat kaka”
“kaka siapa? Kaka Ragil? Atau aku??” (ucap Yayang dengan lirikan mellow ke arah Ragil)
Ragil dengan cueknya acuh dengan obrolan yang menyangkut dirinya, pandanganya fokus pada Stev yang terus mencoba belajar menaklukan sepatu rodanya, sedangkan Bagus asik memperhatikan Neni dan Yayyang.
“kaka Bagus dong pasti,,” ucap Bagus cekikikan
Yayang menatap sinis sahabatnya tersebut, dan Bagus hanya cekikikan melihat ekspresi sahabatnya yang sudah gak jelas lagi ekspresinya. Neni yang ikut tersenyum melihat ekspresi Yayang akhirnya mengucapkan sesuatu.
“aku mau lihat ka Yayang ko, pastikan kalo ada ka Irhas ada ka Yayang”
“kamu serius?? Bukanya kamu sukanya sama Ragil?
“dulu sih iya? Tapi aku sadar rasa cinta yang datang tiba-tiba ini mengalahkan rasa sukanya aku sama ka Ragil”
“Would you be a permanent resident in my heart?”( ucap Ragil dengan memgang erat tangan Neni)
“certainly” ucap Neni dengan senyum mengembang di bibir mungilnya
            Tanpa sadar ternyata Bagus, Ragil, Indah, Stev, dan Irhas memperhatikan mereka seksama, mereka ikut bahagia melihat 2 sahabatnya sudah lepas dari status kejombloan yang selama ini sudah disandangnya.
“cie,, jadian PJ dong PJ” ucap Stev
“bener tuh wajib PJ” tambah Ragil
“iya tenang,, gue pasti bayar pajak ke kalian semua, apa sih yang engga buat kalian” (ucap Yayang dengan merangkul Ragil dan Bagus)
“ko Cuma mereka yang dikasih pajak? Kita engga?” cerocos Febi dari kejauhan diikuti dengan Meymey dan kawan-kawan
“loh ko semua pada ngumpul semua disini? Pasti ada yang ember nih”  ucap Irhas
“yaiyalah, secara ada 2 pasangan yang jadian malam ini, masa gue gak kasih kabar ke yang lain” ucap Stev
            Semua larut dalam suasana malam tersebut, senyum manis mengembang dari bibir mereka, dan Indah yang sejak tadi  mengumpulkan nyali dan memperhatikan Febi dengan niat ingin meminta maaf akhirnya kakinya perlahan mendekat ke arah Febi.
“Feb maafin gue yah, gue selalu bikin lo kesel, selalu ngatain lo, dan selalu bikin gosip jelek tentang lo ke anak-anak”
“kalem aja kali Ndah, gue udah maafin lo, gue selalu nganggep lo sama Neni itu sahabat gue, karena buat gue yang namanya sahabat ya sahabat gak bakal jadi mantan”
            Perlahan Neni pun mendekati Febi dan Indah, tangan lembutnya memeluk kedua sahabatnya tersebut.
“gue juga minta maaf ya Feb sama lo, gue sebenarnya tiap kali pengin  ngedeket ke elo, gue kangen jalan bareng lo, selfie bareng lo, nongkrong bareng lo, tapi disisi lain gue juga gak mau ngehianatin Indah sahabat gue dari kecil”
“gue udah maaafin kalian ko, jangan diulangin lagi, jangan mengorbankan persahabatan karena cinta itu Hina banget” ucap Febi
“ udah jangan pada nangis, ambil aja hikmahnya sekarang, jangan remehin persahabatan karena sahabat adalah tempat cerita dalam suka dan dukanya kehidupan” ucap Mey
“persahabatan tidak hanya sehari-dua hari tapi selamanya” ucap Stev
“seorang sahabat gak akan punya alasan untuk ngebenci sahabatnya” ucap Tama
“sahabat adalah resep paling penting dalam resep kehidupan” ucap Anam
“sahabat adalah saudara yang kau ciptakan sendiri” ucap Arif
“seorang sahabat adalah orang yang datang memelukmu ketika seluruh dunia mengucilkanmu” ucap Mauzth
“persahabatan bagaikan sekotak crayon, berbeda-beda warna, tetapi jika mereka bersama, mereka dapat membuat pelangi yang indah” ucap Irhas
“persahabatan menambah kebahagiaan dan mengurangi kesengsaraan, yaitu dengan melipatgandakan keceriaan dan mengurangi rasa kesedihan” ucap Bagus
“sahabat itu gak ada kata putus, persahabatan itu kekal abadi dan akan selalu menetap dalam hati dan ingatan” “ucap Ragil
            “dan sekarang di tempat ini kita harus janji dengan yakin kalau kita harus tetap bersahabat, walaupun suatu saat kita bakal kepisah oleh jarak, bakal sibuk dengan kegiatan masing-masing, tapi diantara kita harus selalu inget bahwa Tuhan sudah memberikan jalinan persahabatan diantara kita” ucap Yayang
“sahabat menaruh kasih di setiap waktu selalu ada dalam setiap kesukaran. “ ucap Dafa
“sahabat itu seperti bintang, dia memang tidak selalu terlihat tapi dia ada” ucap Ian
“Sahabat adalah yang selalu mencoba menghiburmu disaat kau sedih, walaupun dengan cara yang bodoh, hanya untuk melihat kau tertawa” ucap Esti
“Sahabat sejati tak selalu menjadi Super Hero yang selalu datang di saat kita butuhkan.. Namun sahabat Sejati akan datang seperti Mata Hari yang akan selalu datang di saat yang pas” ucap Nanda
 Sahabat ...bukan tentang siapa yang telah lama kamu kenal... Tapi tentang siapa yang menghampiri hidupmu dan tidak pernah meninggalkanmu dalam situasi & kondisi seburuk apa pun” ucap Puji
“Persahabatan itu kadang-kadang bagaikan Tom & Jerry. Mereka mengusili satu sama lain, menyakiti satu sama lain, tapi mereka tidak bisa hidup tanpa satu sama lain” ucap Abay
Sahabat itu seperti permata.. sulit proses membentuknya tapi indah sekali kejadiannya” ucap Samsul
            Senyum haru terlihat mengembang pada mereka, mungkin ini adalah momen yang paling mengesankan selama persahabatan mereka, dimana semua berkumpul, dan tak ada lagi permusuhan, pertengkaran, keegoisan bahkan kebencian diantara mereka.
                                                                        ***


SELESAI